Tak lama terlihat Cikal keluar kamar. Bergegas dia menuju bibir pantai dengan berlinang air mata. Digenggamnya erat Baju koko dan mukena Abah dan Emaknya. Berteriaklah dia sejadi-jadinya, "Abaah, Emaak. Pulanglah, Cikal percaya Abah Emak pasti pulaaang".
Teriak demi teriak terus saja dia keluarkan. Tekadnya menjadi satu bulat kiranya alam mendengar suaranya. Angin bercampur bau garam masih terus menyapu wajah yang berlinang air mata. Semua menatapnya dari pintu belakang dengan rasa pilu tiada tara. Malam itu di pinggir bibir pantai tersisa Cikal menanti dan berharap agar Abah dan Emaknya pulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H