Cerpen: Tuanku dan Vespa
"Opss, maaf" ujarnya. Suara lirih singgah dari dimensi yang berbeda. Tuannya sudah tentu pasti tak mendengar. Debu-debu semburat terbang berhamburan. Saat kain pelindung ditarik dan dihempaskan ke udara.
"Uhuk-uhuk, uhuk-uhuk."
Dilirik Tuannya terbatuk, dia tak sampai hati memandangi, "Sudahlah Tuan, aku di sini tak apa."
Ditariknya masker penutup bibir dan hidung, sesekali terlihat keluar masuk garasi. Telapak tangannya sesekali terlihat mengibas, seperti mengusir debu yang tak pergi-pergi.
"Menjauh, jangan kau ganggu Tuanku!" ujarnya.
"Hmm," kata Si Debu, "Memangnya siapa kamu, mengusir. Ini bukan salahku, aku hanya menempel di pelindung kain. Aktifitasku ya memang seperti ini."
Mendengar hal itu, dia seperti malu. Betul-betul memperjelas posisinya siapa aku.
Dengan berkacak pinggang sorot mata memandangi isi garasi. Geleng-geleng kepalanya, sontak membuat tangan kanan menempel dahi, "Aduh, kenapa harus di dalam," sesal Si Tuan. Seharusnya di luar saat mengebas pelindung kain yang berdebu itu.
Tak lama berselang, ia bergegas beranjak ke dalam rumah. Ditinggalnya garasi dalam keadaan terbuka, sembari menunggu debu pekat berkurang Si Tuan menyiapkan beberapa peralatan.
"Kamu pasti bahagia kan?" ujar Si Debu kepada Vespa yang senyum-senyum ceria. "Eh, itu Tuanmu datang, aku pergi," Si Debu pamit pergi meninggalkan ruang garasi bersama semilir angin pagi.
"Oke, Vespa. Kita cek dulu kondisimu", gumam Si Tuan dengan semangat.
Si Tuan mulai melepas kap kanan, dilihat ke arah mesin untuk memastikan kondisi. Tak lama diputar kontak kemudian kakinya meraih kick starter. Namun sayang, berulang kali kick starter diongkel tak mampu membuat mesin menyala. Dia hanya mendengar suara 'Jeglekleklek-jeglekleklek'.
"Hmm," gumamnya, "Perasaanku, dulu nggak aneh-aneh juga. Jangan-jangan!!!". Sorot mata mengarah pada busi, lalu melepas kabel busi dengan pelan. Kemudian melepas busi dari tempatnya dengan memutar menggunakan kunci pas.
"Nah," ujarnya mengejutkan, "Ini. ini, dia masalahnya." Sembari geleng-geleng, "Sudah hitam, saatnya ganti" katanya melihat butiran-butiran halus seperti arang pada bagian eletroda dan ujung insulator pada busi.
Tak lama ia mengganti dengan yang baru. Si Tuan mulai memasukkan busi pada tempatnya dengan perlahan searah jarum jam. Kemudian dia memasang kembali kabel busi. Bergegas ia mencoba menyalakan mesin. Kali ini, cukup dengan satu kali kick starter, 'Jegleklek greng-greng, greng-greng-greng.
Wajah Si Tuan berseri-seri, "Mantab Bro, panasin dulu ya," ujarnya mengusap keringat, "Oke, setelah ini mandi dan silicon, kinclong wis".
Si Tuan mulai membereskan peralatan, mengembalikan dan menata rapi pada tempatnya. Vespa mendengar tentang hal itu sungguh sangat bahagia. Hingga kebahagian itu tak mampu dipendamnya dan berkata, "Selamat tinggal debu, sampai jumpa di lain kesempatan."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI