Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli Kasar

Sedang menjalin hubungan baik dengan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terungkap Siapa Dalang Pengusiran

13 Oktober 2021   09:50 Diperbarui: 13 Oktober 2021   09:52 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Untuk kesekian kalinya aku berbincang singkat dengan Paijo. Tapi kali ini, dia betul-betul memiliki waktu luang. Tepatnya hari jumat malam sabtu, yang kebetulan dan memang hari liburnya pegawai ASN sabtu-minggu. Sedangkan aku hanya kuli borongan yang tak menentu kerjanya.

Bincang kali ini tak lupa, kusiapkan kopi dan udut, sebelum tulisan "Memanggil" berubah menjadi "Berdering". Tak lama kemudian angka 00:01, tanda menit durasi bicara sudah dimulai.

"Gimana cak?" tanya Paijo, "Oke Jo, lanjut yo, cerita yang kemarin itu" jawabku, "Oh, yang itu" kata Paijo, "Heemm" gumamku

"Sampai dimana kemarin cak, ceritanya?" tanya Paijo, "Udah, diulang aja Jo. Aku juga nggak sambil nulis kemarin" jawabku

"Tapi ini sudah bawa oret-oretan cak?" tanya Paijo, "Oh tentu Jo, aku kan orangnya selalu prepare" balasku

"Cakep," kata Paijo, "Dari dulu Jo, cuma kamu nggak pernah mengakui" balasku, "Pret" gumam Paijo, "Nih, dengerin baik-baik ya anak saleh?" kata Paijo, "Siap," jawabku

"Eh cak, bentar dulu. Kejadian diusir dari Masjid Muhajirin masih inget?" tanyanya mendadak, "Masih lah, emang kenapa Jo?" tanyaku balik, "Gimana perasaanmu cak?" ia bertanya lagi, "Sedih Jo" jawabku, "Huwih, bisa sedih juga ternyata" kata Paijo,"Ngowos Jo" balasku, melanjutkan "Gimana nggak sedih, diusir pas tanggal tua"

"Hah, haaa. Sudah kukira" gumam Paijo, melanjutkan "Ditemenin Mas Bagus kan tapi?"

"Iyo ditemenin, habis tu dianterin sampe UKM" jawabku, (UKM maksudnya Sekretariat LDI lt.3) melanjutkan "Dan kamu baru datang, pas Mas Bagus pergi beli makan"

"Aku yang nyuruh cak" katanya, "Luh! Maksudnya Jo" aku penasaran, "Aku yang nyuruh cak, Mas Bagus beli maem itu aku yang nyuruh" jawabnya paijo, "Oalah, aku kira kamu yang nyuruh ngusir aku Jo" balasku

"Luh, emang bener cak!" kata Paijo

Desiran Angin bertiup sepoi-sepoi, Kulihat rambutnya yang lurus gondrong seketika carut-marut, menyingkap sebagian wajahnya. Kurasakan dinginnya suasana malam itu, saat duduk bersama di kursi pinggir Balkon UKM LDI lt.3. Aku masih setia mendengar apa yang sedang dia ungkapkan,

"Aku yang ngatur semua, biar dirimu yang diusir dari Masjid" gumamnya terlihat semringah

"Luh, betul ta Jo!, beneran kamu yang ngatur ngusir" tanyaku penasaran

"Iya cak. Nggak percaya tah sama aku?" Paijo tanya balik

"Wuh, tega ya Jo kamu sama aku?" Tanyaku

"Harus" jawabnya singkat

"Alasanmu Jo?, kan aku baik-baik aja selama di Masjid." tanyaku agak sinis

"Dirimukan sudah tau cak, kalau di Masjid, perlu perampingan." balas Paijo

"Kan Mas Bagus katanya yang ke UKM?" tanyaku dengan nada sedikit ngeGas

"Betul," jawabnya santai

"Lah kok aku jadi korban?" tanyaku lagi dengan sinis

"Pilihanku ada dua, Pilih dirimu atau Mas Bagus. Kalau aku pilih dirimu untuk tinggal di Masjid, sedangkan Mas Bagus ke UKM. Terus siapa sesepuhnya LDI yang ada di Masjid cak. Mas Bagus harus tetap tinggal untuk mengimbangi rapat-rapat di Masjid. Sedangkan dirimu, eman kalau harus tinggal di Masjid selamanya. Dirimu masih fresh, angkatan baru, perlu terobosan, eman tenaga dan pikiranmu. Paling nggak dengan di UKM misimu untuk belajar dasar teknologi terbuka lebar, aku bisa dampingi kapanpun" jawab Paijo menjelaskan detail maksud hatinya,

"Oalah, gitu ta Jo!" kataku padannya dengan hati legawa

"Dari itu, aku bilang ke Mas Bagus maksudku itu tadi. Jadi Pak Tarmuji sebagai takmir, sudah bisa menunjuk siapa yang harus angkat kaki" gumam Paijo,

Tak lama terdengar suara langkah kaki Mas Bagus mulai naik kelantai 3 menuju sekretariat UKM LDI. Sambil membawa makanan tiga bungkus, menu lalapan khas anak kampus. Dan di gedung UKM berlantai lima itu, hanya tinggal kami bertiga menikmati cerita canda tawa hingga malam berlalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun