Dear Senja, dua bulan yang lalu aku berada di ruang tunggu bandara sambil membaca novel The Testament. Hingga saat ini, novel itu selalu menjadi teman perjalanan yang menyenangkan dan aku belum juga bisa menuntaskannya. Aku berharap kita bisa bertemu. Mungkin kamu bisa menceritakan bagian akhirnya dengan minum secangkir kopi bersamaku.Â
Saat akan mengirimkan email itu, Dewa menutup matanya sambil berdoa di dalam hati, memohon agar perempuan itu mau menerima ajakannya.
***
Dewa mengetukkan jarinya di atas meja, di sudut sebuah kafe, dia sangat gelisah menanti Senja. Seminggu yang lalu perempuan itu membalas email-nya, dan mereka membuat janji bertemu di sebuah kafe. Terus terang, selama satu minggu perempuan itu sudah menjungkirbalikkan hidupnya. Dia menjadi tidak tenang, sepertinya waktu begitu lambat.
Sekarang saja dia berkali-kali melihat jam tangan, lalu mendesah. "Masih kurang lima menit," katanya pelan.
"Aku tidak terlambat, kan?" Dewa mengangkat pandangannya ke arah perempuan yang berdiri di hadapannya. Dia melihat perempuan itu tersenyum begitu indah.
"Tidak, aku yang datang terlalu cepat." jawabnya.
"Mungkin kamu tidak sabar untuk mendengarkan aku menceritakan bagian akhir dari perjalanan Nate." Senja tertawa pelan, matanya bersinar jenaka.
Dewa tersenyum lebar, perempuan ini sangat lucu. Di dalam kafe yang menebarkan aroma kopi dan kayu manis, Dewa jatuh cinta pada perempuan ini.
***
"Saat aku membacakan email dari kamu ..."