"Mama, sekarang percaya kan, aku bisa bahasa Indonesia? Liat ini levelku."Â
Beberapa waktu lalu putri saya berkata dan menunjukkan satu aplikasi bahasa di gawainya sambil tertawa. Entah sejak kapan anak saya tertarik "menguji" kemampuannya berbahasa Indonesia.
Dia cukup baik mengerti kalimat-kalimat yang saya ucapkan, misalnya saat saya mengobrol atau bertelepon dengan kakak, adik, dan teman.
Hanya saja, dia kewalahan untuk mengucapkannya. Jadi, ketika saya berbicara padanya menggunakan bahasa Indonesia, maka dia menjawab dengan bahasa Jerman.
Saya memang tidak selalu berbahasa Indonesia dengannya. Ada kata-kata yang terkadang sulit dimengerti, apalagi kalau diucapkan dengan cepat.
Belakangan ini kalau saya mintai tolong, anak saya akan menggoda dengan menjawab dalam bahasa Indonesia.
"Enggak mau."
Dia menjawab dan mengucapkan berulang-ulang sembari tertawa senang.
Ada satu kalimat yang menggunakan kata "kami" yang membuat anak saya bingung. Kata "kami" diterjemahkan dalam bahasa Jerman menjadi "wir". Sementara "wir" yang dia ketahui artinya "kita".Â
Dalam bahasa Jerman tidak terdapat kata "kami". Oleh sebab itu "kami dan kita" diterjemahkan menjadi wir. Begitu juga dengan bahasa Inggris dan bahasa Prancis yang dipelajarinya di sekolah.
Saya menjelaskan perbedaan kedua kata itu. Meskipun masih bingung, tetapi anak saya mengatakan bahwa dia mengerti maksudnya dan kapan "kami" dan "kita" digunakan dalam kalimat.
kami: digunakan ketika orang yang diajak bicara atau pendengar tidak termasuk di dalamnya.
kita: untuk menyatakan semua, termasuk orang yang diajak bicara.
Saya kurang tahu ada berapa bahasa di dunia ini yang memiliki kosa kata "kami". Bahasa Indonesia memang bukan satu-satunya bahasa yang memiliki "kami" dan "kita".
Dalam bahasa Mandarin ada dua kata "women" dan "zanmen". Kedua kata ini jika diterjemahkan dalam bahasa Jerman menjadi "wir" atau "we" dalam bahasa Inggris.
Kedua kata ini jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia lebih gampang dan tidak membingungkan;
women: kami
zanmen: kita
"Sulit juga Grammatik bahasa Indonesia."Â
Anak saya berkomentar kemudian, setelah dia melihat kalimat yang lebih sulit dengan penggunaan kata ganti milik (pronomina posesif).
"Genauso schwierig wie Deutsch." Saya katakan, sama sulitnya dengan bahasa Jerman.
Ucapan saya dibalas putri saya dengan tertawa.
Hennie Triana Oberst
Germany, 20.01.2023
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI