Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa di China Lebih Banyak Penata Rambut Pria?

3 Agustus 2022   05:07 Diperbarui: 3 Agustus 2022   05:09 1250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pekerjaan dengan berkeliling ini harus dilakukan oleh pria. Sesuai adat masyarakat kuno, tidak baik wanita muncul di tempat umum. Wanita seharusnya tidak bekerja di luar rumah. 

Tukang potong rambut zaman dulu membawa perlengkapannya dengan memanggul bilah bambu panjang di bahu. Ujung yang satu tergantung kotak dengan laci yang menyimpan pisau cukur, sikat, dan alat cuci rambut. Kotak ini digunakan sebagai tempat duduk pelanggan. Pada ujung lainnya digantung wadah air, wastafel, dan tungku arang. 

Orang-orang yang bekerja menjadi penata rambut pada zaman dulu umumnya juga memiliki keterampilan lain, seperti memijat. Sebagai contoh, banyak orang tua yang membawa anak mereka ke tukang cukur rambut ketika anak mereka terkilir.

Penata rambut keliling masa kini di Beijing | foto: HennieOberst 
Penata rambut keliling masa kini di Beijing | foto: HennieOberst 

Selain kepintaran memijat, para tukang potong rambut juga mahir membersihkan telinga. Agaknya kebiasaan ini masih diteruskan hingga saat ini. Banyak salon di Beijing dan Shanghai yang menawarkan layanan gratis membersihkan kuping untuk para pelanggannya.

Biasanya wanita yang akan membersihkan kuping pelanggan wanita, meskipun penata rambut dilakukan oleh pria. Namun begitu, layanan ini sukarela, pelanggan boleh menolak jika tidak mau, seperti yang saya lakukan. Saya lebih suka jika ditawari pijat di bagian punggung.

Bagaimana dengan Kompasianer, layanan mana yang disuka?

Hennie Triana Oberst
Germany, 02.08.2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun