Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa di China Lebih Banyak Penata Rambut Pria?

3 Agustus 2022   05:07 Diperbarui: 3 Agustus 2022   05:09 1250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengapa di China lebih banyak penata rambut pria? | Foto: freepik/ senivpetro—

"Annie Laoshi, mengapa di China umumnya hairdresser itu pria?" 

Salah seorang teman di kelas saya bertanya pada guru saat kami membahas tentang budaya dan hal menarik yang kami lihat di China, khususnya Shanghai.

Ucapan Noemie (bukan nama sebenarnya) memang benar. Di China memang lebih banyak penata rambut pria dibandingkan wanita.

"Itu memang pekerjaan laki-laki. Pekerjaan berat karena harus seharian berdiri." Bu guru Annie menjawab pertanyaan wanita dari Belgia itu dengan serius.

"Lagi pula, memang sudah tradisi di China begitu, pemotong dan penata rambut itu memang laki-laki."

Annie Laoshi melanjutkan kata-katanya sebelum menceritakan budaya yang sudah ada turun temurun di negerinya.

Kelas bahasa yang saya pelajari memang bukan kelas dengan fokus mendapatkan sertifikat tingkat kemampuan berbahasa Mandarin hingga level tertentu. Saya memilih kelas khusus untuk orang asing yang ingin mempelajari bahasa sekaligus budaya setempat. 

(Ini sekaligus pernyataan bahwa bahasa Mandarin saya tidak meningkat sejak awal belajar.)

Kami banyak membahas tradisi dan kebiasaan masyarakat di China, terutama di kota tempat kami tinggal saat itu. Sesekali kami akan pergi makan bersama menikmati kuliner lokal dan mengunjungi tempat bersejarah yang menarik.

Saya perhatikan, selama saya bermukim di Beijing dan Shanghai, profesi penata rambut memang didominasi oleh pria. Ada juga satu atau dua orang penata rambut dari banyaknya penata rambut di salon kecantikan. Wanita umumnya bekerja di belakang meja penerima tamu, atau tugas lain yang bukan memotong rambut.

Di Indonesia, menurut saya, profesi ini seimbang antara pria dan wanita. (Apakah masih seperti itu sekarang?) Sementara di Jerman, penata rambut didominasi oleh wanita, kecuali di barber shop yang khusus untuk pria.

Penata rambut di China dan sejarahnya

Sebelum masa kekuasaan Dinasti Qing (Dinasti Manchu) tahun 1640an, di China tidak dikenal penata rambut.

Sejak zaman dahulu orang China sangat menghargai rambut mereka. Pasangan suami istri misalnya, mereka mengikat rambut bersama. Rambut merupakan salah satu bentuk mengekspresikan kasih sayang. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya rambut bagi orang China, oleh karena itu harus dijaga.

Ajaran kuno untuk menjaga agar rambut tidak rusak begitu kuat melekat dan mendarah daging, sehingga pada zaman China kuno pemotongan rambut dilakukan sebagai hukuman bagi penjahat. 

Masyarakat etnis Han juga berpegang pada ajaran Konfusius yang melarang pria dan wanita memotong rambut. Mereka diharapkan untuk menggulung rambutnya di atas kepala. 

Tukang cukur keliling dan gaya rambut bangsa Manchu | foto: laitimes.com
Tukang cukur keliling dan gaya rambut bangsa Manchu | foto: laitimes.com

Saat Kekaisaran Qing mulai berkuasa ada kebijakan ketat, lebih tepatnya pemaksaan bagi pria untuk memiliki model rambut bangsa Manchu, "bagian depan dicukur, dan sisanya dikepang ke belakang (Taucang)". Bagi yang tidak mematuhi akan mendapat sanksi hukuman sangat berat.

Kebijakan pemerintah saat itu banyak mendapat perlawanan dari masyarakat Han dan memicu bentrokan. Hingga pada masa Revolusi 1911 dan berakhirnya kekuasaan dinasti Qing gaya rambut kepang ini benar-benar sepenuhnya dapat ditinggalkan oleh pria dan mereka bebas memotong rambut lebih pendek.

Mengapa harus pria yang menjadi penata rambut?

Awalnya karena tidak memiliki tempat yang tetap, maka penata rambut melakukan pekerjaannya dengan cara berkeliling. Ada juga yang menunggu pelanggan di pinggir jalan, mirip seperti pedagang kaki lima. (Potong rambut keliling seperti ini dulu juga banyak di Indonesia.) 

Pekerjaan dengan berkeliling ini harus dilakukan oleh pria. Sesuai adat masyarakat kuno, tidak baik wanita muncul di tempat umum. Wanita seharusnya tidak bekerja di luar rumah. 

Tukang potong rambut zaman dulu membawa perlengkapannya dengan memanggul bilah bambu panjang di bahu. Ujung yang satu tergantung kotak dengan laci yang menyimpan pisau cukur, sikat, dan alat cuci rambut. Kotak ini digunakan sebagai tempat duduk pelanggan. Pada ujung lainnya digantung wadah air, wastafel, dan tungku arang. 

Orang-orang yang bekerja menjadi penata rambut pada zaman dulu umumnya juga memiliki keterampilan lain, seperti memijat. Sebagai contoh, banyak orang tua yang membawa anak mereka ke tukang cukur rambut ketika anak mereka terkilir.

Penata rambut keliling masa kini di Beijing | foto: HennieOberst 
Penata rambut keliling masa kini di Beijing | foto: HennieOberst 

Selain kepintaran memijat, para tukang potong rambut juga mahir membersihkan telinga. Agaknya kebiasaan ini masih diteruskan hingga saat ini. Banyak salon di Beijing dan Shanghai yang menawarkan layanan gratis membersihkan kuping untuk para pelanggannya.

Biasanya wanita yang akan membersihkan kuping pelanggan wanita, meskipun penata rambut dilakukan oleh pria. Namun begitu, layanan ini sukarela, pelanggan boleh menolak jika tidak mau, seperti yang saya lakukan. Saya lebih suka jika ditawari pijat di bagian punggung.

Bagaimana dengan Kompasianer, layanan mana yang disuka?

Hennie Triana Oberst
Germany, 02.08.2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun