Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mata Hazel di Heidelberger Platz

22 April 2022   02:17 Diperbarui: 2 Juli 2022   22:27 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mata hazel di Heidelberger Platz | ilustrasi: Kristin Vogt/ Pexels—

 

Jalanan kota Berlin pagi hari terlihat padat, tetapi terlihat agak berbeda dari hari-hari biasa. Badai salju menyebabkan beberapa rute bus terpaksa ditunda dan sebagian dibatalkan. Kekacauan cuaca yang sama dengan gaduhnya hati warga kota.

Bisa jadi kalutnya perasaanku melebihi riuhnya suara kendaraan di jalan. Aku tidak tahu bagaimana menggambarkan hiruk-pikuknya dadaku. Wanita yang selama setahun ini tak bisa lepas dari pikiranku. Seketika hadir di depanku. Mana mungkin aku akan lupa wajahnya, bahkan detailnya aku simpan dengan apik dalam ingatanku. Seandainya harus kulukiskan di atas kanvas, aku yakin bisa menggambarkan dengan sempurna tiap milimeter tekstur kulit wajahnya. 

"Danke." Suara lega terucap saat taxi bergerak menembus padatnya lalu lintas.

"Ah, tidak masalah. Hari ini semua janji menjadi tak beraturan," timpalku menatap lekat wajah oval di sampingku. Wajahnya bersemu merah, pandangan matanya dialihkan ke luar jendela di sampingku.

"Maaf, Anda turun di mana? Pertanyaanku sepertinya menyelamatkan kegugupan di wajah cantik wanita dengan rambut pirang tua sebatas bahu. "Saya di Stadt Hotel," lanjutku menjelaskan tujuan pastiku.

"Oh, sama. Saya juga akan turun di Stadt Hotel." Matanya berbinar.

Sepasang mata hazel yang begitu kurindu. Aku pikir, takkan pernah lagi kutatap bola mata indah yang membuatku setahun ini tidak bisa tidur nyenyak memikirkannya. Setahun yang hampir membuatku putus asa mencari jejakmu. 

    

Barangkali aku terlihat tidak waras. Sepulang kerja menunda 30 menit keberangkatanku. Menyusuri lorong-lorong panjang peron stasiun Heidelberger Platz. Mengamati wajah orang-orang yang berseliweran, kalau-kalau ada wajahmu di sana. Pintu keluar stasiun pun tak luput dari kunjunganku. Namun, jejakmu seperti hilang terbawa angin.

"Kalau boleh saya tanya, apakah Anda kerja di Stadt Hotel?" Suara wanita cantik itu membuyarkan lamunanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun