Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

"Man Flu", Pria Lebih Rewel Ketika Sakit

5 Juli 2021   03:35 Diperbarui: 6 Juli 2021   05:14 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Man flu" Pria lebih rewel ketika sakit | foto: gesundheit.de/tommaso79—

"Pengobatannya nanti melalui suntikan di kornea mata anda ya, Frau Oberst." Dokter ahli mata yang menangani masalah yang saya hadapi menjelaskan sambil memeriksa mata saya.

(Kisah ini akan saya tulis lain waktu.)

"Baiklah," jawab saya pendek.

Pak dokter yang merupakan profesor di Universitäts-Augenklinik Tübingen (Klinik Mata Universität Tübingen) ini tertawa lucu mendengar jawaban saya.

"Seandainya kalimat tadi saya ucapkan pada pasien pria, jawabannya pasti dramatis dan mereka akan ketakutan." 

"Begitukah? Anda yang lebih tahu pengobatan mata saya ini, Prof. Jadi, saya percaya dan terima saja."

Dokter itu tersenyum sambil mengangguk mendengar jawaban saya. Kami kemudian berbincang sedikit dan ia melanjutkan penjelasan mengenai masalah yang saya hadapi.

Ucapan dokter ahli mata tadi salah satu contoh saja. Di lain waktu pernah ada (mungkin juga masih tayang) satu iklan obat flu di televisi Jerman. Di dalam iklan itu digambarkan seorang suami yang sedang "terkapar" di tempat tidur karena flu.

"Schatz, kannst du meine mama anrufen." (Sayang, bisa kau telepon ibuku.)

Begitu pria itu berkata dengan suara memelas saat istrinya lewat di depan pintu kamar.

Istrinya tidak menjawab, tetapi melemparkan obat flu, yang kemudian ditangkap oleh suaminya.

Iklan ini disampaikan dengan humor. Menggambarkan betapa rewel dan menderitanya laki-laki ketika tidak enak badan, sampai-sampai harus mengadu pada ibunya.

Di Jerman, istilah ini dikenal dengan sebutan Männergrippe, terjemahan dari kata man flu.

Man Flu, menurut Cambridge Dictionary;

"an illness such as a cold that is not serious, but that the person who has it treats as more serious, usually when this person is a man".

Apa memang betul pria lebih merasakan sakit daripada wanita?

Ternyata hal ini bukan sekadar mitos. Kenyataannya, wanita dan pria menderita rasa sakit yang berbeda. Sistem kekebalan tubuh manusia mempengaruhinya.

Sistem kekebalan tubuh pria dan wanita bereaksi berbeda terhadap patogen. Hormon estrogen, hormon penting dalam tubuh wanita, mencegah virus berkembang biak. Pada tubuh pria, hormon estrogen ini lebih rendah, sehingga aktivitas virus lebih tinggi.

Alasan lainnya, pada tubuh pria hormon testosteron, hormon penting laki-laki, kadarnya lebih tinggi. Semakin banyak testosteron, semakin sedikit antibodi yang ada dalam tubuh.

Contohnya, setelah vaksinasi flu, antibodi lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria.

"Sensitivitas nyeri merupakan masalah gender. Tetapi tentu juga salah satu gen, hormon, didikan, pengondisian, jiwa dan lingkungan sosial," begitu menurut Esther Pogatzki-Zahn.

Seorang dokter dan ilmuwan di Klinik für Anästhesiologie, operative Intensivmedizin und Schmerztherapie - Uniklinikum Münster.

(Clinic for Anesthesiology, Surgical Intensive Care Medicine and Pain Therapy - University Hospital Münster)

Menurut penelitian, wanita sebetulnya lebih sensitif terhadap rasa nyeri dan menanggung rasa sakit yang lebih parah. Namun, tubuh wanita bereaksi dan mengatasi rasa sakit lebih baik daripada pria. 

Wanita juga lebih sering menderita sakit kronis dibandingkan pria. Misalnya, setiap bulan perempuan mengalami rasa nyeri selama menstruasi, dan berjam-jam lamanya saat melahirkan.

Kerentanan terhadap penyakit otak dan organ tubuh lainnya pada lelaki dan perempuan juga berbeda.

Pria lebih mungkin menderita penyakit Parkinson, sedangkan wanita lebih berisiko terkena osteoporosis, multiple sclerosis, dan rheumatoid arthritis.

Tubuh wanita memiliki lebih banyak jaringan lemak dan lebih sedikit otot dibandingkan pria. Hal ini juga mempengaruhi bekerjanya obat sebagai penghilang rasa sakit. 

Pada tubuh wanita, obat berjalan dua kali lebih lama daripada pria. Kemungkinan risiko dan efek samping pada wanita akan lebih besar. 

Para ilmuwan menganggap betapa penting di masa depan untuk mengembangkan obat yang menargetkan mekanisme spesifik gender. Mungkin nantinya akan ada perbedaan dosis obat sesuai jenis kelamin.

Man flu tentu saja tidak dialami semua laki-laki. Saya sudah membuktikannya. Suami saya tidak pernah rewel meskipun dia sakit, bahkan saat mengalami kecelakaan beberapa waktu lalu.

Salam sehat selalu

-------

Hennie Triana Oberst

De, 04.07.2021

Bacaan: focus.de, ndr.de

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun