Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Gagal Mudik, Masih Ada Hari Lain

24 April 2021   05:05 Diperbarui: 24 April 2021   05:09 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mudik | pixabay.com/katyveldhorst—

Merayakan Idul Fitri bersama kedua orangtua dan saudara kandung adalah keindahan yang tidak bisa digambarkan. Suasana seperti ini tidak ingin saya lewatkan, meskipun saat itu saya sudah merantau untuk bekerja di Jakarta. 

Tahun pertama masa kerja, menjelang Lebaran, saya berencana terbang ke Medan. Ingin kembali melewati masa yang sama seperti hari raya sebelumnya.

Lagi pula, apa enaknya melewatkan Idul Fitri seorang diri di tempat kost, sementara semua penghuni pulang ke rumah orang tua masing-masing.

Cuti beberapa hari sudah saya ajukan kepada pimpinan. Lantaran perusahaan tempat saya bekerja relatif tidak besar, urusan birokrasi tidak rumit dan tidak membutuhkan waktu yang panjang.

Yang menjadi masalah adalah penerbangan dari Jakarta ke Medan sudah penuh. Bahkan sejak jauh hari sebelum hari raya tiba.

Saya memang tidak memesan tiket sebulan sebelumnya, atau lebih, karena alasan pekerjaan. Perusahaan penerbangan tempat saya bekerja ini melayani Umrah juga, oleh sebab itu hampir setiap saat relatif sibuk. 

Pilihan lain memang tidak ada dalam rencana saya. Selain menggunakan pesawat terbang, perjalanan dari Jakarta ke Medan membutuhkan waktu dua hari, one way.

Jatah cuti tahunan saya hanya 12 hari kerja dalam setahun. Jumlah ini akan saya bagi untuk mengunjungi orang tua dan jalan-jalan untuk liburan ke kota dan negara lain.

Memiliki atasan yang baik dan peduli karyawannya memang sangat menyenangkan. Big bos di kantor mengatakan, mungkin saya bisa mencari rute lain untuk ke Medan.

Kapan saja, saya dapat terbang menumpang pesawat kami dari Jakarta ke Singapura, begitu menurutnya. Yang harus saya lakukan adalah mencari penerbangan dari Singapura ke Medan, mungkin tidak seramai dari Jakarta.  

Alternatif yang cukup bagus dan layak untuk dipertimbangkan. Di samping itu jarak Singapura - Medan juga tidak jauh, pasti tidak akan memakan waktu terlalu panjang. 

Dengan penuh harap saya mulai mencari penerbangan dari Singapura ke kota kelahiran. Masa itu informasi tidak segampang sekarang didapat. Butuh waktu untuk memperoleh jawabannya, meskipun tidak sampai menunggu hari berganti.

Setelah mencoba tanya sana-sini, ternyata penerbangan dari Negeri Singa ke Medan sama saja, penuh. Akhirnya, saya menyerah.

Pimpinan di kantor saya juga sepertinya kecewa, karena tidak bisa membantu saya mudik. Beliau bahkan menghubungi kenalannya di Singapura, berharap bisa membantu perjalanan saya.

Sangat istimewa rasanya mendapat perhatian seperti ini. Memang waktu itu hanya saya satu-satunya karyawan yang berasal dari seberang pulau.

Rencana mudik sebelum Lebaran saya tunda hingga hari berikutnya. Tidak apa, yang paling penting saya bisa kembali ke kota kelahiran dan merayakan Lebaran bersama keluarga besar. 

Ternyata gagal mudik ada hikmahnya juga. Dari pengalaman itu saya merasa lebih nyaman untuk terbang ke Medan setelah lebaran, sehari atau dua hari berikutnya. Suasana bandara dan pesawat juga tidak sepadat masa sebelum Lebaran.

Orang tua saya, seperti orang tua lainnya tentu akan bahagia kapan saja anaknya bisa pulang menjenguk mereka.

Selain hadir Lebaran beberapa hari setiap tahun, selalu saya usahakan untuk sesering mungkin terbang ke Medan, meskipun kadang hanya melewati akhir minggu.

Tahun ini sepertinya banyak yang batal mudik. Jangan kecewa, demi kebaikan bersama. Semoga bisa diganti pada hari lain.

Salam sehat selalu.

-------

Hennie Triana Oberst

De, 23.04.2021  

"Kegagalan Adalah"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun