"Iya. Dia kan sedang merokok. Tiba-tiba dia liat ada erempuan melintas di halaman vila yang di dekat pantai. Penasaran dia, di vila ini kan cuma keluarga aja yang nginap. Dari mana bisa ada perempuan masuk."
Astri menggandeng lenganku rapat ke badannya. Kami cekikian. Untung rumah makan ini sudah sepi dari pengunjung, jam makan siang sudah lewat.
"Terus."
"Jadi, dia datangi perempuan itu. Maksudnya mau dia tanya. Tapi setiap dia udah dekat, perempuan itu nggak ada, dan muncul di sudut halaman yang lain. Gitu terus. Makanya dia keliling halaman vila."
"Hiiiii..."
"Dia merasa ada yang nggak wajar. Terus dia balik ke vila. Yang kita lihat tadi malam itu."
Kakakku mengakhiri cerita dan memandang ke arahku.
"Ihhh, bisa gitu ya. Padahal Stefan itu kan nggak percaya hantu. Dia suka gangguin kita kan."
Raisa betul. Stefan memang nggak percaya bahwa hantu itu ada, sama seperti suamiku dan sepertinya hampir semua orang Jerman nggak percaya hantu.
Kami tertawa-tawa membenarkan ucapan Raisa. Membayangkan Stefan mengejar hantu perempuan di sekitar vila.
"Cewek bule itu masih muda."