Frankfurt airport
Saat berjalan menuju meja check-in, terlihat di bandara sangat sibuk. Di beberapa sudut berjajar tempat tidur lipat. Â Memang, lantaran badai yang takbiasa ini banyak penerbangan dibatalkan dan penumpang terpaksa menginap di bandara.
"Maaf, pesawat telah berangkat," ucap petugas yang melayani.
Pingin kuobrak-abrik meja kerjanya.Â
"Tadi kata petugas di Stuttgart pasti ditunggu."
"Maaf, keadaan kali ini betul-betul di luar kendali."
Lelaki berseragam itu berkata dengan nada memohon pengertian.
Selama aku tinggal di negara ini, belum pernah ada badai salju separah ini. Bukan hanya penerbangan yang kacau beberapa hari terakhir ini, lalu lintas darat pun lumpuh.
Tak jauh dari kami terlihat penumpang yang memarahi seorang petugas maskapai penerbangan. Omelan yang terpaksa ditelannya, suka taksuka.
Setengah putus asa dan pasrah kami menuju pintu keluar bandara sesuai arahan petugas tadi, bergabung dengan penumpang lainnya. Malam mulai larut, kelelahan mulai merambati pikiran. Putriku mulai ngantuk dan butuh tempat untuk rebahan.
Bus yang membawa kami menuju hotel yang disediakan maskapai terlihat penuh. Entahlah, ke mana saja tujuan penumpang yang lain. Semua orang memilih diam. Sepertinya, inilah cara terbaik menenangkan diri dari kegusaran dan kacaunya penerbangan kami.