Marah pada diri sendiri, tapi aku tak mungkin melepas cintaku pada laki-laki ini. Kami berencana menikah, dan statusku sebagai istri keduanya.
"Kamu sudah yakin dengan keputusanmu itu, Ran?"
Sarah menanyakan dengan nada yang khawatir dari seberang telepon.
Mungkin dia kecewa aku tak pernah menceritakan hubunganku dengan Esra. Aku merasa sangat jahat dan bukan sahabat yang baik baginya.
Sarah, seperti adanya dia, selalu ada untukku, dalam situasi apapun.
"Aku doakan kamu bahagia dengan keputusanmu itu, Ran. Tolong kabari aku, berita baru apapun, please. Doaku untuk kalian berdua. Semoga langgeng ya."
Tangisku yang menjawab ucapan Sarah. Sahabatku yang satu ini paling bisa menguasai keadaan dan paling mengerti aku.
Malam ini aku tak bisa memejamkan mata. Merebut hati suami orang lain dan menguasainya menjadi bagian dari hidupku.
Jahatkah aku?Â
Aku ingin tidur saja, menunggu pandemi ini berlalu dan menjalani hidup baru sebagai istri Esra.Â
.