Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makin Sulitnya Syarat Pengajuan Visa Menikah di Jerman

4 Februari 2020   23:39 Diperbarui: 4 Februari 2020   23:44 1488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu lalu ketika menghadiri undangan di rumah seorang teman kami sedikit membahas permohonan visa untuk tinggal di Jerman bagi yang akan menikah. 

Kebetulan ada tetangga salah satu teman kami yang akan mempersunting seorang wanita asal Indonesia. Sejak tahun 2007 ada syarat-syarat tambahan yang harus dipenuhi jika orang asing ingin menetap di negara ini.

Saya tidak terlalu memahami ketentuan ini karena waktu pindah ke Jerman saya menggunakan visa sekolah bahasa.

Visa untuk menikah (Heiratsvisum) masuk kategori D-Visum, yaitu visa nasional negara Jerman yang diberikan kepada seseorang untuk masuk dan tinggal di Jerman. 

Ada cerita dari seorang kenalan saya saat bermukim di Beijing. Salah satu kolega suami saya akan menikah dengan seorang wanita asal Tiongkok.

Yu Lin nama wanita itu. Waktu itu hampir semua yang sedang bertugas di Beijing tinggal di gedung apartemen yang sama, untuk memudahkan segala urusan pekerjaan mereka.

Sering saya menghabiskan waktu dengan Yu Lin jika putri saya sedang berada di Kindergarten. Terkadang sambil berbincang saya membantunya menyelesaikan tugas yang dia dapat dari sekolah bahasanya. 

Yu Lin sudah mencoba mengikuti ujian Bahasa Jerman untuk mendapatkan sertifikat bahasa tingkat A1, yaitu tingkat dasar bahasa sesuai kerangka acuan umum Eropa untuk bahasa.

Sertifikat A1 ini adalah salah satu syarat pengajukan visa untuk menikah di Jerman, selain syarat-syarat lainnya.

Tetapi sayangnya Yu Lin gagal setelah dua kali mengikuti ujian. Ketika kami berkenalan itu Yu Lin sedang mengikuti kursus bahasa Jerman di Goethe Institut Beijing. Lembaga resmi yang mengeluarkan sertifikat standar bahasa Jerman.

Menurutnya sangat sulit dia mempelajari dan mengerti bahasa Jerman. Saya akui memang bahasa Jerman termasuk bahasa yang sulit dipelajari, tata bahasanya termasuk rumit ditambah penggunaan "Artikel", yaitu jenis gender kata benda; der untuk maskulin, die untuk feminin dan das untuk netral.

Bagi orang Indonesia yang menggunakan abjad Latin akan relatif lebih gampang mempelajarinya. Sedangkan Yu Lin merasa sangat kesulitan karena biasa menggunakan Aksara Cina (Aksara Han/Hanzi).

Dia mengatakan membutuhkan waktu relatif lebih lama untuk bisa membiasakan dirinya membaca dan mengerti tulisan abjad Latin.

"Tidak gampang mengubah cara kerja otakku ini. Atau mungkin aku yang bodoh ya?" Yu Lin berkata sambil senyum-senyum.

"Sama saja denganku, tidak bisa membaca Aksara Han." Aku menimpali ucapannya.

Bisa saya mengerti kesulitannya, karena saya juga setengah mati berusaha membaca dan mengingat berbagai tulisan bahasa Mandarin. Sampai sekarang pun saya tidak bisa mengingat karakter yang sederhana sekali pun.

Kabar baiknya setelah belajar keras, Yu Lin berhasil mendapatkan sertifikat bahasa Jerman tingkat A1. Dia pun bisa mengajukan permohonan izin tinggal di negara Jerman. 

Jika visa telah didapatkan, kewajiban untuk mempelajari bahasa Jerman masih berlanjut ditambah kursus integrasi.

Kursus bahasa Jerman ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan bahasa Jerman orang asing, yang akan membantu dalam mencari pekerjaan atau melanjutkan pendidikan. 

Sedangkan kursus integrasi jumlahnya sekitar 700 jam, gunanya untuk memberikan kemudahan beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari, memahami hak dan kewajiban serta bersosialisasi dengan masyarakat di Jerman.

Syarat lainnya silakan dilihat sendiri di website Kedutaan Besar Jerman.

-------

Hennie Triana Oberst

Deutschland 04022020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun