Namun sayang, orang lebih mengkhawatirkan kesehatan jasmaninya daripada kesehatan mentalnya. Saking pedulinya terhadap kesehatan jasmani, aneka saran atau tips tentang kesehatan ia terapkan dengan baik.
Segala tulisan atau tayangan tentang kesehatan dan sakit penyakit menjadi perhatiannya. Ia rajin berolahraga, tidak merokok, menjaga pola makan, pola hidup yang sehat, dan lainnya.Â
Tiba-tiba dia sakit parah. Semua orang terkejut. Apa yang salah? Mungkin, dia tidak menyadari bahaya yang tidak disadarinya, yakni hidup bukan soal kesehatan tubuh saja, tetapi juga kesehatan jiwa dan kesehatan rohani.
![dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/10/10/06b-5d9f61420d82301a0068f353.jpg?t=o&v=555)
![gambar 1: shutterstock](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/10/10/shutterstok1-5d9f50ce0d82307673018674.jpg?t=o&v=555)
![gambar 2 latar: clipartmax](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/10/10/clipartmax2-5d9f52ff097f361dad1f3d62.jpg?t=o&v=555)
Namun, orang yang peduli pada kesehatan jasmani, jiwa, dan rohani akan berkata bahwa keduanya sama parahnya. Kedua-duanya sama-sama merusak dirinya dan orang lain. Keduanya juga sama-sama harus bertanggung jawab kepada Penciptanya.Â
Jangan salah. Manusia bisa saling menganiaya bahkan membunuh lebih cepat dari kematian yang disebabkan oleh rokok hanya gegara mulut. Hoaks, hasutan, hinaan, fitnahan. Sifat buruk manusia yang tidak sadar akan mulutnya (mental).Â
Hal kecil bisa menjadi besar. Diciptakan dan dibesarkan oleh perkara mentalitas manusia yang tidak perlu harus menjadi gila atau mengidap penyakit mental berat. Cukup dengan pikiran yang negatif, emosi yang tidak terkontrol, sifat; watak; tabiat; karakter yang buruk, dunia bisa seketika membara.
Jadi, adalah keliru bila kita mengecilkan apalagi mengabaikan kesehatan mental kita (jiwa dan rohani) dengan hanya memerhatikan kesehatan jasmani belaka.
Tubuh, jiwa, dan rohani ketiganya harus sama-sama sehat. Ketiganya harus berjalan bersama, karena ketiganya ada bersama di diri kita. Ketiganya adalah diri kita.