Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Hukum Artikel Utama

Motif Lain Pembunuhan Suami dan Anak Tiri Selain Utang

7 September 2019   05:12 Diperbarui: 8 September 2019   11:46 7518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tangkapan layar video kompas tv youtube

"Karena gimana juga Reina itu anaknya Pak Edi."

Pada suatu kesempatan saya menonton beberapa video yang dibagikan di Youtube perihal pengakuan Aulia Kesuma (AK), tersangka pembunuhan berencana terhadap suaminya, Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili (54) atau Edi, dan anak tirinya, M. Adi Pradana atau Dana (23).

Awalnya saya mengikuti penjelasan AK dengan biasa saja. Namun, di tengah pengakuan AK, ada pernyataan-pernyataan AK yang menarik perhatian saya. Tidak hanya kalimatnya, tetapi juga bagaimana ia ketika mengucapkan kata atau kalimat-kalimat itu.

Mengapa menarik? Sebab, yang terekspos oleh pemberitaan dan ulasan akan hal ini pada umumnya mengatakan bahwa kasus ini bermotif ekonomi, yakni hal "utang" [KBBI] - bukan "hutang" - 10 Miliar.

Akhirnya, saya pun dengan sengaja mengambil waktu khusus untuk menonton satu video yang kualitas suaranya lebih jelas dan menyimak kata demi kata yang diucapkan oleh AK dengan saksama. Dan, saya coba seringkas mungkin menulis hasilnya di sini.

***

Wartawan bertanya: "Masalah keluarganya ibu, ada yang lain, yah, selain mengenai utang ini?". AK menjawab:

 "Itu memang masalah utamanya utang. Setelah itu 'kan, memang, kalau Dana 'kan, awalnya sebenarnya saya tidak ada masalah dengan Dana. Saya sayang. Cuma sejak dia terkena kasus narkoba sampai tiga kali dia memang sudah mulai berubah. Dan, itu saya punya bukti chat-nya. Bukti chat-nya itu pun pernah saya ancam waktu itu Pak Edi. Saya bilang, kalau saya kesal, saya bisa laporin ini ke polisi, bahwa di situ, di bukti chat-nya itu, bahwa Dana pernah niat dia untuk membunuh saya, karena dia udah nggak suka."

Perhatikan kata yang saya garis bawahi dan beri warna berbeda. Saya tulis kembali: "Itu memang masalah utamanya utang. Setelah itu 'kan." Pada kalimat itu AK sendiri menjawab, bahwa masalahnya bukan hanya hal utang, tetapi "setelah itu kan ...". Ada masalah lain.

"Pak Edi itu selalu mem-protect, maksudnya, kesalahan Dana, pokoknya dia selalu itu anggap benar. Dia tidak mau anaknya salah. ... Ibarat kata dulu saya hidup bahagia, masih bahagia, sebelum Dana-nya dibeliin mobil. Dia bergaulnya nggak benar. Pak Edi juga mulai sikapnya berubah, merasa punya uang banyak."

Saya tulis kembali: "Dulu saya hidup bahagia, masih bahagia, sebelum Dana-nya dibeliin mobil". Jadi, kebahagiaan yang dirasakan oleh AK berhenti pada saat "Dana-nya dibeliin mobil". Dengan kata lain, setelah Dana dibelikan mobil oleh ayahnya, sejak itu AK tidak lagi merasa bahagia.

"Katanya, Dana-nya itu memang karena ada pengaruh dari ibunya. Ibunya itu selalu ikut campur. Dana-nya itu disetir gitu. Jadi, saya ngerasa itu, Pak Edi itu berubah ya 'kan karena memang disetir sama Dana. Disetir sama Dana ... Ya, saya juga ada buktinya, bahwa istrinya itu ... mantan istrinya itu berusaha untuk masuk ke dalam kehidupan rumah tangga saya. Ada tuh buktinya chat-nya. Ada. Saya ada buktinya. Itu sudah saya kasih ke penyidik."

Kalimat "Ada pengaruh dari ibunya [istri pertama Edi]" bukan kalimat AK, tetapi ponakan Pak Edi yang dikutip oleh AK. Oleh sebab itu, saya mengabaikan kalimat itu, tetapi kalimat AK sendiri, yakni "Ibunya itu selalu ikut campur. Dana-nya itu disetir ... Pak Edi berubah ... karena ... disetir sama Dana. Disetir sama Dana". 

Singkatnya: Ibunya Dana menyetir Dana dan Dana menyetir ayahnya. Edi berubah. "Disetir sama Dana" diulang dua kali. Artinya, ada penekanan pada hal itu. 

Dari kalimat itu, maka yang hendak disampaikan dari pernyataan itu adalah di balik perubahan Edi dan Dana yang dirasakan oleh AK, di situ ada mantan istri Edi, yakni ibu dari Dana. Kasarnya: perubahan Edi dan Dana itu gara-gara ibunya Dana.

Nanti bila Anda menyaksikan video itu, perhatikanlah bagaimana AK menyebut kata "ikut campur". Ia mengucapkan kata "campur" dengan memberi penekanan pada huruf konsonan "mp".

Itu pertanda kegeraman yang terpendam. Rupanya, AK menyimpan kegeraman di dalam hatinya dikarenakan ibunya Dana selalu ikut campur urusan rumah tangganya. Apalagi, menurut AK, ada bukti percakapan bahwa ibunya Dana berusaha masuk ke dalam kehidupan rumah tangganya.

Saya meyakini, kegeraman di hati AK itulah kesesakan yang tidak kalah menekan hidup AK selain utang yang miliaran itu.

Kita lanjut. Wartawan bertanya: "Tujuannya itu untuk apa?" [Tujuan membunuh]. AK menjawab:

"Tujuannya gini, saya pikirannya itu simple aja, dengan Pak Edi nggak ada, Dana nggak ada, itu rumah bisa kesita bank dan sisanya juga nggak banyak, ya, setelah itu saya bisa hidup damai sama Reina."

Wartawan: "Target utamanya adalah Pak Edi, trus kemudian hingga Dana ikut terbunuh ini alasan utamanya apa sih, Bu?" Jawaban AK:

"Kalau alasan utama untuk Dana, gini loh, Pak, saya memang, jujur aja, ... pertama, yang membuat saya melibatkan Dana itu, karena dia sendiri sudah punya bibit kebencian banget dengan saya, kalau pun itu nanti Pak Edi seperti itu .. otomatis Dana itu akan mencari tahu apa segala macam, gitu kan, kenapa ayahnya bisa meninggal apa segala macem ... Kedua juga, dia pasti akan ... yang bikin ininya sekali itu, dia pasti akan mempermasalahkan sisa uangnya itu, Pak, gitu loh ... Sedangkan sisa uangnya itu 'kan ya memang, rencananya memang buat membeli rumah kecil 'kan buat saya sama Reina. Karena gimana juga Reina itu anaknya Pak Edi. Masih kecil lagi. Saya nggak pernah sekalipun berpikiran itu buat  saya segala macam. Nggak. Memang buat Reina."

Perhatikan kalimat:"Yang bikin ininya sekali itu". Alasan kedua lebih dari alasan pertama. Alasan yang AK sebutkan sebagai alasan kedua sebenarnya adalah dasar yang lebih utama dari alasan pertama. Apa itu? "Dia [Dana] pasti akan mempermasalahkan sisa uangnya itu".

Sementara tujuan AK adalah "Sisa uangnya itu ... memang, rencananya memang buat membeli rumah kecil ... buat saya sama Reina". Uang sisa dari pelunasan utang di bank dimaksudkan AK untuk "saya sama Reina", "hidup damai sama Reina".

Saya menutup penyigian kata demi kata AK dengan pernyataan AK: "Karena gimana juga Reina itu anaknya Pak Edi". Dan, menurut hemat saya, pada kalimat inilah terdapat kunci alasan utama mengapa AK membunuh Edi dan Dana.

***

Rupanya, AK melihat peluang Reina (4) untuk mendapatkan bagian dari apa yang dimiliki oleh Edi adalah sangat kecil. Dan AK meyakini, bahwa itu gegara ibunya Dana, yang tidak hanya terus memengaruhi Edi dan Dana, tetapi juga berupaya masuk lagi ke kehidupan Edi.

Edi membelikan Dana mobil, tetapi tidak untuk Kelvin atau Angel. Walau Kelvin dan Angel bukan anak kandung Edi melainkan adalah anak-anak AK dari suami sebelumnya, tetapi tentulah AK berharap Edi dapat berlaku adil kepada mereka. 

Dari sejak Edi membelikan mobil Dana, AK menyebutkan bahwa di situlah akhir kebahagiaannya. Rupanya, sejak itu AK merasa sangat sedih karena mendapati kenyataan bahwa Edi tidak memperlakukan Kelvin dan Angel sama seperti Edi memperlakukan Dana.

Demi menjaga hati anaknya, AK berjuang sendiri membelikan mobil untuk Kelvin. Ia juga membelikan anak-anaknya apartemen. Sepertinya AK bermaksud membahagiakan Kelvin dan Angel yang tidak mendapat kasih sayang dari ayah sambung mereka.

Ketidaksediaan Edi melepas rumah miliknya untuk dijual guna melunasi utang di bank menguatkan pikiran AK, bahwa ia sama sekali tidak diberi hak atas rumah itu.

Hal itu terbaca dari jawaban Edi kepada AK saat AK meminta baik-baik agar rumah mereka yang satunya dijual, yakni "Apa-apaan sih lu main-main jual aset gua aja. Enak aja lu main seenak-enaknya. Ya, kalau lu punya utang, lu tanggung jawab."

Perhatikan, bahwa Edi berkata "aset gua", bukan "aset kita". Jelas, bagi Edi, itu bukan rumah "Edi dan AK", tapi rumah "Edi saja". Jawaban Edi itu rupanya sangat tersimpan di memori AK, yang disampaikan AK kembali dengan begitu teratur dan tanpa tersendat.

Beban utang kian berat bagi AK karena ia dibiarkan oleh Edi sendiri menanggung pelunasannya. Memang bisa saja AK membiarkan rumah itu disita oleh bank untuk pelunasan utang, tetapi sisanya bagaimana?

Pikiran AK meyakini, kalau pun rumah itu ia biarkan disita oleh bank, sisa uang pelunasan utang pasti tidak akan menjadi milik "Edi dan AK", tapi "Edi dan Dana". Lalu, Reina? Reina dapat apa?

Satu-satunya jalan untuk membayar utang dan Reina mendapatkan haknya sebagai anak kandung Edi, maka tak hanya Edi, tetapi Dana juga harus dilenyapkan. Sebab, jika Dana tetap dibiarkan hidup, "Dia pasti akan mempermasalahkan sisa uangnya itu".

Dan satu lagi, ibu Dana, yakni mantan istri Edi, yang "selalu ikut campur" itu, pasti tidak akan membiarkan uang itu menjadi milik dia dan Reina apalagi setelah Edi tiada.

Bahkan, saya yakin, ada dipikiran AK kekuatiran, bahwa kalau Dana dibiarkan hidup, maka bisa jadi dialah yang akan dibunuh oleh Dana berdasarkan isi percakapan Dana yang ditemukan oleh AK.  

Dari semua ini saya berpendapat, bahwa kasus ini pertama-tama bukanlah soal pelunasan utang, tetapi ini persoalan uang sisa pelunasan utang.

Salam. HEP.-

Sumber: Video

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun