Namun sayang, rasa benci itu seakan punya kawan, yakni orang-orang yang bukannya membawa ucapan positif guna memadamkan panas hati, malahan hadir untuk makin mengobarkan api kebencian di hati orang lain.
Tanpa membakar orang yang dibenci, rasa benci telah lebih dahulu membakar hati si pembenci.
 2. Tingginya Ego - Tinggi Hati
Seorang yang membenci adalah seorang yang tinggi hati. Entah disadari atau tidak, rasa benci hadir di hati orang yang tinggi hati. Karena, sebaliknya, orang yang rendah hati memiliki hati seluas samudera.
Baca juga:Â Hati Seluas Samudera
Orang yang rendah hati tidak mudah tersinggung. Hatinya tidak mudah retak. Cepat memaafkan dan selalu siap mengampuni. Namun, sebaliknya, orang yang memiliki rasa benci adalah orang yang mudah tersinggung dan sulit untuk memaafkan. Itu bertentangan dengan kerendahan hati.
Baca juga:Â Mengenal Lebih Jauh Apa Itu Rendah Hati
Orang menyebut itu karena ego yang tinggi. Padahal, konsepsi individu tentang dirinya sendiri (ego) yang tinggi adalah wujud keangkuhan hati manusia. Makin merasa diri lebih dari orang yang dibenci, makin kuat pula rasa benci itu dan makin sulit pula ia memaafkan.
Terkadang manusia menjadi sombong akan kebenaran dirinya sehingga walaupun orang yang dibenci telah meminta maaf atas kesalahannya, ia tidak mau memaafkan.
Jika Allah Pencipta saja mau mengampuni kesalahan kita, maka orang yang bertahan dalam kebencian menaruh dirinya lebih tinggi dari Penciptanya. Terlalu tinggi hingga ia tidak berkenan memberi maaf.
Baca juga:Â Mengapa Kata Maaf Itu Penting?