Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berharap Umurku Secukupnya Saja

11 September 2018   19:33 Diperbarui: 29 Januari 2019   20:00 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh karena itulah Allah tidak memberi hak kepada manusia untuk menghakimi. Sebab, timbangan dosa ada pada-Nya. Menghakimi dosa orang lain berbahaya untuk diri kita sendiri.

Hanya orang yang benar-benar bersih dari dosa yang pantas menghakimi dosa. Bila diri menginsafi, bahwa kita juga adalah manusia berdosa, maka sebaiknya kita berhati-hati untuk menghakimi orang lain.

Dari sini saja kita sudah bisa beroleh gambaran bahwa makin panjang umur makin banyak dosa. Artinya apa? Artinya, bila kita meminta panjang umur, harus disertai tekad berubah!

Berubah dari hidup yang lama kepada hidup yang baru. Berharap umur panjang harus disertai dengan tekad dan langkah-langkah memeriksa diri dan hidup untuk memperbaikinya di hari-hari baru di umur panjang itu.

Jika tidak, maka umur panjang itu tidak akan membawa kebaikan surgawi bagi kita malah makin menambah daftar dosa di hidup.

* Konsekwensi umur panjang adalah penderitaan.

Makin panjang umur, makin tua, makin lemah, makin membutuhkan orang lain. Ada batas di mana kita tidak dapat lagi melakukan segala sesuatunya seorang diri.

Lihat juga: Ketika Orangtua Lansia Menjadi Beban

Secara pribadi, saya tidak menginginkan hal ini. Bila saya tidak dapat lagi berbuah, lalu saya harus menyusahkan orang lain untuk mengurus saya, maka adalah lebih baik umurku secukupnya saja. Tak usah panjang-panjang.

Apalagi bila kelak ada sakit diberikan Tuhan dan sakit itu menjadi cara pulang saya kepada-Nya. Sebab, ada penyakit diijinkan hanya sebagai proses hidup, ada penyakit sebagai jalan pulang kepada-Nya.

Jika boleh, kalau toh akan mati juga, sebaiknya mati di awal sajalah. Kasihan orang yang harus mengurus, mana uang harus banyak keluar. Tak mau saya sampai begitu. Itu mau saya. Namun, hidup dan mati kita di tangan-Nya. Biar Ia yang mengatur yang terbaik buat saya. Semua terserah pada-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun