Banyak orang meminta umur panjang tanpa tahu mengapa ia harus berumur panjang. Tidak memikirkan apa yang akan dilakukan di umur panjang itu. Hidup asal hidup. Mengalir mengikuti rutinitas. Tanpa hal-hal yang berarti.
Seperti seorang yang bekerja dengan upah. Kerja asal kerja, sebab tujuannya adalah upah. Bekerja hanya untuk upah bisa membuat kerja sekadar saja. Asal hadir. Asal ada. Akhirnya kehadirannya biasa-biasa saja.
Hidup yang mau berbuah adalah bekerja dengan tujuannya adalah kerja itu sendiri. Kerja adalah "Ini saya". Karya adalah "Ini saya". Usaha adalah "Ini saya". Bahkan, seorang yang menempuh pendidikan sebagai pelajar dan mahasiswa harus menekuni itu adalah "Ini saya".Â
Artinya, apa yang sedang ditekuni haruslah menjadi kesempatan untuk menjadi The Best of Me. Yang terbaik dari diri berikanlah di situ. Tidak setengah hati. Namun, total. Dengan demikian, hidup tidak hanya menghasilkan buah yang baik tapi juga berkualitas.
Segala kemampuan, kecakapan, kecerdasan, kekuatan keluarkanlah. Singkatnya, segenap potensi diri curahkanlah sepenuhnya pada apa yang sedang ditekuni semaksimal mungkin. Maka, upah atau penghargaan akan "ditambahkan kepadamu".
Upah dan penghargaan hanyalah penyemangat, bukan tujuan. Penyemangat untuk mengaktualisasikan diri lebih baik lagi dari sebelumnya. Hidupmu pun makin berbuah lebat.
Sebaiknya tidak menjadi sekadar tanaman hias. Hanya untuk sedap-sedapan mata. Sesaat layu sudah, berganti tanaman hias lainnya. Mudah terlupakan, karena tak meninggalkan jejak arti di hidup orang lain.
Jika bisa seperti pohon kelapa, jadilah pohon kelapa. Semua bagian di dirinya bermanfaat bagi manusia. Tidak ada yang sia-sia. Tidak ada yang tidak berarti.
Meminta umur panjang harus disertai dengan kesadaran bahwa hidup tidak sekadar hidup, tapi harus punya arti bagi kehidupan itu sendiri.Â
* Konsekwensi hidup adalah dosa.
Hal lain yang harus diinsafi dari panjang umur adalah makin panjang umur, makin banyak dosa.