Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Kita Salah Menilai

20 Agustus 2018   09:53 Diperbarui: 27 Januari 2019   18:48 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
koleksipribadi_gambar2

Padahal sebabnya di dia sendiri, yakni di pikirannya. Dia yang berpikir pengemis itu penipu, oleh karena itu dia tidak mau memberi. Jadi, bukan karena pengemis itu benar-benar penipu, tapi pikirannya yang mengatakan pengemis itu adalah penipu.

Demikianlah seringkali kita menaruh sebab pada orang lain, padahal sebab itu ada pada kita sendiri.

Kita tidak menyadari bahwa dosa bukan saja perkara-perkara besar yang terlihat mata, tapi justru dosa lebih banyak mengambil tempatnya di dalam hati dan di pikiran kita.

Gambar II. Kucing Tapi "Singa".

koleksipribadi_gambar2
koleksipribadi_gambar2
Yang ini sebaliknya. Ini adalah seekor kucing. Namun, ketika kucing itu bercermin, dia terlihat adalah seekor singa.

Ada manusia yang dari tampilan fisik tampak "tidak berbahaya". Hanya "seekor kucing", tapi ternyata ia tidak "sejinak kucing". Ia bahkan jauh lebih berbahaya dari "seekor anjing", sebab ia bisa menjadi seperti "seekor singa".

Penampilan bisa menipu. Oleh sebab itu, janganlah kita menilai orang hanya dari luar saja. Yang kelihatan jahat, tidak berarti jahat; yang kelihatan baik tidak berarti baik, sebab itu baru pada tahap "kelihatan".

Hindarkanlah diri kita dari menilai seseorang itu jahat atau orang itu tidak baik, atau sebaliknya, hanya dari penampilannya atau dari luar saja atau dari kelihatannya.

Tahu dulu dan kenali dulu. Itupun baru tahap awal. Sebab, selain tahu dan kenal, masih ada tahap pahami dulu maka mengerti. Dan, semua itu harus melalui tahap kebersamaan .

Tahap-tahap untuk bisa disebut punya dasar menilai seseorang cenderung tidak dilalui. Sama seperti hal bicara. Ada prosedur bicara, tapi itu juga seringkali tidak dilakukan, sehingga mulut terkadang mendahului telinga, mata dan otak.

Lihat juga: Prosedur Bicara. 

Salam. HEP.-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun