Namun ketika Jokowi memilih MA, maka suara non-Muslim, khususnya umat Kristen, mengambang. Yang memberatkan tentu adalah MA-nya. Pilihan yang termudah adalah abstain dan umumnya itulah yang terdengar di kuping Penulis. Setidaknya untuk saat ini.
Suara umat Muslim yang terbagi dan suara non-Muslim cenderung abstain tentu sangat menguntungkan bagi Prabowo-SU. Artinya, Jokowi-MA harus berusaha meraup lebih dari 50% suara kaum Islam untuk bisa memenangkan kontestasi Pilpres 2019. Persaingan meraup suara kaum Muslim akan sangat ketat.
Jokowi dan partai pengusungnya seharusnya melihat bahwa kondisi dan iklim politik Pilpres 2014 yang memberi kemenangan kepada Jokowi-Jusuf Kalla (JK) tidak lagi sama dengan Pilpres kali ini. Pada saat itu saja Jokowi-JK hanya bisa meraup 53.15% suara dan Prabowo-Hatta Rajasa 46.85%.
Maka, bisa dibayangkan bila jumlah pemilih abstain meningkat dan kondisi keislaman saat ini  yang tidak lagi sama dengan Pilpres 2014, maka Jokowi dan pengusungnya harus kerja super keras.
Hanya Penulis agak cemas, karena terlalu banyak hati yang kecewa. Memang kecewa itu selalu ada dalam suatu kontestasi. Hanya saja kali ini, sepertinya, hati yang kecewa itu lebih banyak dari yang tidak kecewa.
Semoga saja jumlah yang kecewa akan menjadi lebih sedikit dari yang tidak kecewa.
Salam. HEP.-