Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Jokowi Harus Siap Kehilangan Suara

12 Agustus 2018   23:53 Diperbarui: 27 Januari 2019   18:12 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika berada di MUI, posisi Ketua amat sangat diperlukan untuk sebuah FATWA. Pemerintah dan hukum di negara ini bisa tak berdaya melawan sebuah Fatwa. Maka, MA, selaku ketua MUI saat itu menjadi tokoh sentral untuk keluarnya sebuah fatwa.

Ketika MA di MUI beliau sejalan dengan keinginan Islam Arab, tapi ketika akan di posisi Wapres maka MA bisa dipandang tidak lagi sejalan dengan Islam Arab dan juga kaum Muslim yang membungkus fanatisme dan/atau radikalisme dirinya dengan bahasa dan pakaian Nasionalis Moderat.

Islam Arab tegas memposisikan diri di belakang Prabowo-Sandiaga Uno (SU). Dengan MA di samping Jokowi bukan di samping Prabowo bisa menjebak MA sendiri pada posisi yang sulit kelak ketika ada-ada hal yang dipertentangkan lagi oleh kelompok ini.

Kedua. Kekecewaan tidak terpilihnya Mahfud MD (MM) di hati rakyat pemilih yang sudah berharap beliau bakal dipilih oleh Jokowi. Ini diikuti pula dengan timbulnya rasa simpati dan penghargaan terhadap MM yang diketahui telah menyiapkan diri berdasarkan perintah, namun ternyata bukan beliau, tetapi orang lain.

Secara pribadi saya tidak ada di posisi ini. Namun, kekecewaan publik akan hal ini jelas terlihat. Kondisi ini bisa mengakibatkan beralihnya suara dari Jokowi ke Prabowo. Akan tetapi, bila pada dasarnya dari semula telah tegas tidak untuk Prabowo-SU, maka pilihan yang ada adalah abstain.

Ketiga. Pandangan umat non-Muslim, khususnya umat Kristiani, terhadap sosok MA tentu berbeda dengan pandangan umat Muslim terhadap beliau.

Sosok MA dalam pandangan umat Kristiani tidak dapat begitu saja dilepaskan dari kehadiran beliau di MUI dengan pernyataan-pernyataan dan fatwa-fatwa yang diterbitkan MUI terkait dengan kekristenan. Juga, tidak dapat dipungkiri, bahwa kasus BTP tidak lepas dari dukungan fatwa MUI di mana beliau adalah ketuanya.

Citra itu tidak seketika lenyap begitu saja saat MA berpindah kursi jabatan dari MUI ke Cawapres walau tampak MA sekarang sudah mulai mencoba memberi citra baru pada dirinya dengan penggunaan kata-kata toleransi umat beragama, menghargai keberagaman, dan sebagainya.

Dengan hanya dua pasangan calon maka suara kaum Muslim akan terbagi dua. Kubu Prabowo-SU tidak menganggap suara non-Muslim. Meraup suara kaum Muslim sebanyak-banyaknya itu sasaran mereka.

Kondisi ini membuat suara non-Muslim tidak bisa dianggap sepele bagi Jokowi-MA. Apalagi massa Islam yang terlihat pada kasus BTP sekarang berdiri di belakang Prabowo-SU, maka sekalipun persentase suara non-Muslim dari suara kaum Muslim adalah sangat kecil tapi itu justru menjadi signifikan bagi kubu Jokowi-MA.

Dibanding ke Prabowo-SU yang dibelakangnya ada HRS, GNPF, PA berjilid-jilid, Amien Rais, suara umat Kristen kemungkinan besar adalah kepada Jokowi SEBELUM ia menetapkan Cawapres.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun