Akhirnya, kepastian diperoleh. Pilot dan tim medis maskapai penerbangan memastikan bahwa papi tidak dapat diterbangkan walau dengan tanpa tabung oksigen.
Mungkin sangat beresiko bagi papi tanpa oksigen selama 45 menit di udara dengan kondisinya saat itu walaupun di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar ambulans untuk papi telah menunggu di landasan pesawat. Pilot tetap pada keputusannya.
Setelah mendapat kepastian itu. Saya pun segera menyiapkan diri melanjutkan terbang ke Kendari, walaupun lagi-lagi saya harus menunggu penerbangan malam sebab hanya itu tiket yang tersedia.
Menangis Selagi Masih Hidup
Dini hari, Kamis 1 Juni, kurang lebih pukul 02.00 Wita, pesawat yang saya tumpangi tiba di Kendari. Keluarga sudah menunggu saya dan kami langsung menuju RS.
Tepat di depan pintu ruang ICCU yang sudah dibukakan untuk saya, tampak tubuh papi terbaring tak sadarkan diri dengan banyak alat medis ICCU di sekujur tubuhnya.
Hati saya seperti tersayat ribuan silet tajam. Tak sanggup melihatnya seperti itu. Bunyi mesin alat-alat yang menempel di tubuh papi menjadi seperti ribuan jarum menusuk hati saya. "Papiiiiiiiii ...", teriak saya histeris sambil hendak lari memeluknya.
Akan tetapi, keluarga menahan tubuh saya. Tidak boleh dalam kondisi seperti itu di ruang ICCU. Saya harus tenang dulu.
Keras seorang saudara menegur, “Hei! Tidak boleh menangis. Papi masih hidup!”. Saya menjawab, “Justru karena papi masih hidup, saya menangis. Kalau papi sudah tidak ada, untuk apa saya menangis lagi?!”.
Ya. Menangislah pada saat orangnya masih hidup sebab mungkin air mata itu bisa meluluhkan hati Allah untuk belum memanggil ia pulang. Menangislah pada saat orangnya masih hidup untuk menyadari semua salah diri sehingga waktu untuk berbenah masih ada. Sebab, bila ia telah tiada, air mata itu sama sekali tidak ada gunanya lagi!
Selamat Jalan Papi
Hati saya hancur. Papi dekat sekali dengan saya. Tidak ada satu kata pun yang bisa membahasakan apa yang saya rasakan saat itu. Namun, saya tidak boleh menangis di depan papi! Saya harus segera masuk. Papi pasti sedang menunggu saya :-‘[.
Dari pengalaman pernah merasakan bagaimana roh saya dicabut dari raga saya, baru sesudah itu saya tahu, sebenarnya papi sedang melihat saya saat itu walau matanya tertutup dan tubuhnya terbaring koma.