Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengampuni "Pembunuh" Ayah Saya | 2

25 Juli 2018   23:49 Diperbarui: 27 Januari 2019   02:02 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri_alwaysinmyheart

Rupanya masih ada satu angkot yang hendak melintas di depan papi, maka pastilah karena itu papi berhenti tepat di garis putih menunggu angkot itu lewat dahulu.

Namun, dari arah belakang angkot itu tiba-tiba muncul angkot lainnya dengan kecepatan yang tidak rendah hendak melambung angkot yang papi sedang tunggu untuk lewat itu.

Mungkin supir angkot itu tidak melihat papi berdiri di situ. Atau, ia sudah melihatnya, tetapi ia tidak dapat mengontrol kendaraannya karena kecepatan yang tinggi.

Yang terjadi, angkot itu menabrak tubuh papi yang tengah berdiri di garis putih itu dengan payung kecil di tangannya di antara rintik hujan yang mulai deras.

Kata bapak-bapak tukang ojek, bunyi tubrukan angkot ke tubuh papi terdengar sangat keras. Sampai-sampai -- sebelum mengatakan ini ke saya, salah satu bapak itu minta maaf, pada saat mendengar bunyi tubrukan itu, bapak itu langsung berkata, "Aduh, mati dia ini!".

Mereka melihat tubuh papi terpental melayang mundur jauh ke belakang. Payung di tangan papi terlepas dan papi jatuh terhempas dengan kepala membentur keras ke aspal pinggiran jalan itu. Oleh hempasan yang keras itu, tubuh papi kembali terpental ke arah tanah di sekitar jalan itu.

Bukannya berhenti melihat kondisi papi, supir angkot itu malah melarikan angkotnya dengan kecepatan yang tinggi.

Bapak-bapak tukang ojek itu segera menghampiri papi, sedangkan yang lain mengejar angkot itu. Mereka menghentikan sebuah mobil pick up yang tengah melintas untuk membawa papi ke rumah sakit terdekat.

Jika melihat gambar di atas, itulah kemeja yang dipakai papi malam itu di balik jaketnya. Di saku kantong kemeja itu masih ada nomor antrian praktik dokter. Selembar kertas karton plastik kecil berwarna merah.

Pada bagian kiri kemeja masih utuh. Sedangkan, pada bagian kanan kemeja sudah tak berbentuk lagi karena harus digunting agar seluruh kemeja papi bisa dilepaskan dari tubuhnya. Bagian kanan tubuh, khususnya kepala bagian kanan, itulah yang membentur pinggiran aspal.

Kata suster di ruang IGD RS. Santa Anna Kendari, ketika kami bertanya, apakah papi sempat sadar saat dibawa ke situ, bahwa ada satu kali suara papi terdengar saat kemeja papi hendak dikeluarkan dari tubuhnya, “Aduh". Hanya itu. Dan, papi tak pernah bersuara lagi. Papi koma.

Ketegangan yang Mencekam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun