Atau, malah dapat membuat Kelas Menengah semakin terpuruk bahkan jatuh terjerembab akibat ketidak-tahuan maupun keterbatasan pengalaman mereka pada bidang ini, yang disebut resiko bisnis dan investasi.
Kelas Menengah yang paling terpengaruh tentu saja adalah mereka yang baru memasuki kelas menengah, dimana tidak memiliki saving yang cukup serta aset tetap yang dapat menopang saat pengeluaran melebihi pendapatan mereka.
 Pemenuhan likuiditas tentu saja paling instan adalah melalui berbagai pinjaman jangka pendek, sehingga memang saat ini pinjaman-pinjaman sangat gencar diiklankan di media sosial, yang merupakan bukan pertanda baik.
PERKIRAAN KE DEPAN
Pengaruh Kelas Menengah sangat besar dalam public spending (belanja masyarakat) dimana dengan meningkatnya belanja masyarakat juga akan meningkatkan Produk Domestik Bruto sebagai indikator pertumbuhan ekonomi.Â
Saat populasi Kelas Menengah mulai menahan pengeluaran mereka, misalnya dengan menabung mati-matian, maka akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Apabila situasi keterpurukan ini berlanjut, beberapa perkiraan dari opsi yang dapat diambil oleh Kelas Menengah adalah sebagai berikut.Â
Bila Kelas Menengah yang memilih tetap untuk pada status sosial mereka atau mengutamakan kebutuhan prestisius dan kesenangan dengan mengorbankan pemenuhan kualitas (dan kuantitas) dari kebutuhan dasar seperti pendidikan dan makanan.
Maka dapat dibayangkan efek jangka panjang yang akan terjadi dimana tingkat pendidikan generasi berikutnya yang dibiayai Kelompok Menengah saat ini, serta tingkat kesehatan nya apa yang akan terjadi.Â
Belum lagi apabila Kelompok Menengah yang mempertahankan prestis ini memilih untuk  meminjam uang baik jangka pendek maupun jangka panjang, atau mengorbankan dana darurat mereka, yang tentu saja akan menempatkan mereka pada profil resiko finansial yang cukup rentan.