Mohon tunggu...
Heni Nugrohojati Silalahi
Heni Nugrohojati Silalahi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis artikel dengan topik parenting, keluarga, dan komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Waspada Family Scapegoat Abuse (FSA) di Sekitar Kita! (Bagian 2)

20 September 2023   18:47 Diperbarui: 2 November 2023   06:06 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedikit pengingat, Family Scapegoat Abuse (FSA) terjadi pada sebuah keluarga yang sudah kehilangan fungsinya dan biasanya bersifat toxic bagi anak. Korban tidak bisa terhindar dari intimidasi, penolakan, bahkan penganiayaan. Rebecca C. Mandeville sebagai FSA recovery coach menyampaikan bahwa anak-anak korban FSA akan mengalami perjuangan kesehatan mental dan emotional well being sepanjang hidupnya. Anak-anak ini hidup tanpa pengakuan dan apresiasi sehingga mereka akan kesulitan mempercayai persepsi soal diri mereka saat dewasa nanti.

Dampak FSA tidak bisa dianggap angin lalu. Sebagai manusia dewasa kita perlu cermati berbagai dampak di bawah ini agar tidak terseret arus FSA entah sebagai pelaku atau korbannya.

1. Impostor Syndrome

Dikenal pula sebagai sindrom penipu. Korban FSA selalu merasa ragu dan tidak puas atas bakat, prestasi atau pencapaian lain dalam hidupnya. Ia berpikiran bahwa segala prestasinya hanya kebetulan atau keberuntungan semata. Perasaan rendah diri ini diikuti dengan ketakutan kalau suatu saat jati diri sebenarnya akan terungkap. Ia takut dianggap penipu atas segala pencapaiannya.

2. Normalisasi perilaku disfungsional

Korban seringkali merasa "normal" atas pelecehan mental dan emosional yang terjadi di sekitarnya. Sulit bagi korban untuk menetapkan batasan bahwa perilaku seseorang berpotensi merusak atau melewati batas. Mereka cenderung melabeli diri berlebihan atau terlalu sensitif. Mereka tidak tahu cara keluar dari lingkungan FSA.

3. Menjadi people pleaser

Kondisi disalahkan terus menerus dan tidak ada ruang untuk membela diri membuat korbannya selalu merasa kalah. Baginya, membahagiakan orang lain adalah jalan keluar dari pelecehan emosional selama ini. Membuat orang bahagia memberi pengalaman akan rasa diterima dan dihargai bagi korban. Rasa yang tidak ia dapatkan selama berada di lingkungan FSA bisa ia peroleh sekalipun harus mengabaikan diri sendiri.

4. Trauma dan berbagai gangguan kepribadian lainnya

Dirampasnya berbagai hak anak dalam FSA mengandung konsekuensi serangan panik, kecemasan, depresi, kesedihan yang tidak disadari dan kesulitan dalam mengelola amarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun