***
Hari menjelang siang ketika Daniel terbangun dari tidurnya. Pekerjaan kantor membuatnya terasa sangat lelah tadi malam. Hingga dia tidak sempat berbincang tentang berbagai hal kepada Sherlyn pada saat makan malam.Â
"Sherlyn.... Sherlyn.... "Daniel agak bingung karena tidak menemukan perempuan yang telah membuatnya sadar akan ketulusan. Semua hidangan makan telah tersedia di atas meja. Sherlyn sangat mengerti apa yang dibutuhkan oleh Daniel bahkan dari hal yang kecilpun. Meskipun seorang wanita karier, Sherlyn mau melakukan pekerjaan rumah dengan terampil.Â
Daniel berputar mengelilingi setiap ruangan dalam rumahnya namun wanita yang kini ada di hatinya itu telah pergi. Tanpa sengaja dia melihat secarik kertas yang tergeletak di atas meja rias. "Jika belahan hati yang satu terluka maka sisi belahan hati yang lain pasti akan terluka juga. With love.....Sherlyn "
Daniel sangat menyesal mengapa dia tadi bangun kesiangan. Apakah Sherlyn pergi karena merasa terabaikan oleh sikapnya? Mengapa tidak mau berbicara secara terus-terang jika ada permasalahan antara merela berdua? Berbagai pertanyaan memenuhi kepala Daniel sekarang.Â
Tiba-tiba suara bel rumah berbunyi. Masih dengan seribu pertanyaan yang berputar di kepala, Daniel segera membukakan pintu. Dia agak terkejut melihat tamu yang ada di hadapannya. "Yuletha.... ", sapanya kepada wanita yang menjadi ibu dari kedua anaknya.Â
" Maafkan aku, Mas. " Perempuan itu segera menghambur dan menangis dalam pelukan suami yang telah sekian lama dia tinggalkan. Daniel hanya terdiam menahan rasa amarah dan kecewa. "Papa.... kita semua kangen, " Daniel dikejutkan dengan kedatangan anak-anak mereka yang berlari dan tertawa bahagia mendekatinya. "Yusvan.....Alea...." Danielpun memeluk erat dan mencium kedua buah hati mereka dengan penuh kerinduan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H