"Tidak, Mbak, semua pelajaran," jawabnya.
Semua pelajaran? Jika ada yang keliru dengan satu bidang studi saja, mungkin memang anaknya nggak ngeh. Tapi jika semua pelajaran, pasti ada hal lain yang keliru.
"Kok semua pelajaran. Emangnya anakmu kenapa katanya nggak bisa konsentrasi? Udah mulai lihat porno-porno ya?"Â Saya bertanya enteng saja, karena anaknya juga sama-sama remaja. Laki pula.Â
"Nggak mbak, dia takut dosa. Dia cuma suka main game. Kalau dah di rumah nggak bisa lepas dari HP nya."Â
Oh main game, masalahnya. Jika itu yang terjadi, dan sudah disampaikan kepada Bapak Kepsek. Lalu kenapa yang disarankan solusinya adalah mencari guru privat? Bukankah game dan HP itu penyakitnya? Menurut teman saya itu, kepsek menyarankan anaknya les tambahan biar waktunya habis untuk belajar saja. Jadi tidak akan sempat untuk megang HP-nya lagi dan main game.Â
Ooooh, gitu saja saya menjawabnya. Namun juga tak habis pikir. Menurut saya, les privat bukanlah solusinya. Pendekatan kepada anak agar dia bisa mengendalikan dirinya terhadap HP, adalah yang utama. Saya menyarankan anak itu diberi aktivitas lain, dan bukan tentang sekolah dan belajar. Misalnya main bola, ikutan komunitas hobi, dll.. Namun dijawab langsung, anak teman saya itu tidak suka bepergian. Dia hanya suka di dalam rumah dan main HP di kamar. Â
Setelah saya sarankan ini itu, tidak mempan. Saya pun mencoba menerimanya ke rumah saya untuk belajar bersama. Saya mengistilahkan itu supaya tidak tegang dengan kalimat les privat. Begitulah dia pun datang bersama ibunya ke rumah. Anak remaja lelaki yang udah tinggi besar, terlihat meringkuk di bawah pelukan ibunya. Saya bingung juga memberikan bantuan belajar, sambil menanggapi obrolan dengan sang ibu. Saya coba menyertakan anak saya untuk belajar bersama. Namun jadinya malah kontraproduktif. Â
Anak teman saya itu kelihatan gelisah. Dan tetap tidak ada gairah untuk belajar. Beberapa soal latihan Biologi, hanya dia pandangi saja dengan tatapan kosong. Ketika saya tanya, "Jadi mana Dek jawabannya?"Â
Dia pun kaget dan langsung menjawab, "Nggak tahu."
Saya tengok bukunya, dan cling, sekali tunjuk saya sudah menemukan jawabannya. Padahal tulisannya jelas-jelas kelihatan.Â
Saya tetap merasa, les privat bukanlah solusinya dari masalah belajar yang dialami anak ini. Les privat pastilah to the point untuk mengerjakan soal dan memahami materi. Sedangkan anak ini bermasalah pada motivasi belajarnya. Dan karena ini masuk ranah psikologi, saya pikir solusinya harus dari orang tua dan diri anak itu sendiri. Merekalah yang harus berperan melakukan pendekatan agar anaknya mengerti pentingnya belajar, pentingnya ilmu dan pendidikan untuk masa depannya.Â