Mohon tunggu...
Hengky Fanggian
Hengky Fanggian Mohon Tunggu... Wiraswasta -

There Must be a Balance Between What You Read and You What Write

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Theokrasi Telah Mati: Sebuah Tinjauan Historis

26 September 2016   18:16 Diperbarui: 27 September 2016   17:05 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak terbayang betapa akan marahnya kaum Theokrasi Lovers bila tayangan tsb tidak disensor. Aneh khan …padahal Napoleon Bonaparte pernah ngomong bahwa dia ingin agar keturunannya mengutamakan belajar dari sejarah. Pelajaran sejarah adalah CERMIN sebab disitu kita semua dapat berkaca, berinterospeksi dan mengambil Hikmah.

Kaum Lovers tsb ingin agar sejarah dihambat agar tak nyebar sehingga kaum simpatisannya berhenti bersimpati terhadap ideologi ganjil tsb. Bp Buya Ahmad Syafeei Maarif pernah menulis kolom di Tempo yg menceritakan riwayat kelam dari kekhalifahan masa silam. Tulisan beliau tsb merupakan ringkasan dari rencana penerjemahan buku sejarah Kelam kekhalifahan yg hingga kini penulis tak tahu kelanjutannya karena nampaknya ditentang keras sekali, padahal itu sejarah real, bukan hisapan jempol, sumbernyapun asli dari penulis sejarah muslim terpercaya bukan kaum Orientalis. Karena itu adalah sejarah real maka penulisnya tak dapat dibawa ke meja hijau, satu-satunya yg dapat dilakukan adalah dengan menusuk mati penulis tsb.

Rasanya di era digital ini banyak yg tahu bahwa perang antar khalifah itu bukan hanya sekedar berdarah-darah tapi tak terbayangkan dapat dilakukan oleh manusia normal. Betapa tidak, mereka bukan hanya hancurkan manusia hidup, bahkan yg sudah matipun digali dari kubur kemudian disiksa, dianiya, disalib… entah apalagi. 

Terhadap yg mati saja bisa begitu dahsyatnya apalagi terhadap yg hidup (itu adalah kutipan kalimat yg masih penulis ingat dari kolom Buya Syafei tsb). Ada bonus informasi yg penulis dapatkan dari Wikipedia bahwa ternyata khalifah Umayyah & Abassiah yg saling ingin memusnahkan keturunan tsb ternyata berasal dari 1 kakek moyang yakni Abd Manaf ibn Qusai, bahkan Nabipun berasal kakek buyut tsb juga, begitu pula Sayidina Ali. 

Meski masih dari satu kakek buyut namun mereka ingin saling memusnahkan keturunannya, karena masing2 merasa lebih berhak menjadi khalifah. Sekedar info gelar dari pendiri khalifah Abbasiah adalah Abdulla Alsaffah (Abdulla Sang Pembantai), apakah gelar tsb terkesan agamis ? Kalau ngomong era sesudah Khulaufur Rasyidin mungkin kaum lovers akan berkelit bahwa itu bukan merupakan “role model” mereka.

Bagaimana dengan era Khulafur Rasyidin, betulkah jauh lebih baik. Mohon diingat bahwa dari ke 4 khalifah hanya 1 yg wafat secara alami, yakni Abubakar As Shiddiq. 

Namun itupun sesungguhnya tak semua ulama sepakat. Media Inilah.com di kolom mozaik menulis sbb “Untuk menguatkan riwayat ini, as-Suyuthi menukil pernyataan ulama ternama asy-Syabi. As-Suyuthi berkata: Al-Hakim meriwayatkan dari Syabi, dia berkata, "Apa yang kita harapkan dari dunia yang hina ini. Telah diracun Rasulullah, demikian pula Abu Bakar." Ok anggaplah beliau wafat secara alami karena penyebab kematiannya masih jadi selisih pendapat diantara para ulama. 

Coba tengok yg sudah jelas caranya meninggal, yakni khalifah Ustman bin Affan. Berikut kutipan wikipedia “The rebels entered his room and struck blows at his head. Naila, the wife of Uthman, threw herself on his body to protect him, raising her hand to protect him she had her fingers chopped off and was pushed aside, and further blows were struck until he was dead”. Apakah para pembunuh puas dengan aksi mereka, nampaknya mereka ingin memutilasi jenasah sang Khalifah agar penguburannya gagal terealisasi “The rioters wanted to mutilate his body and were keen that he be denied burial. When some of the rioters came forward to mutilate the body of Uthman, his two widows, Nailah and Ramlah bint Sheibah, covered him, and raised loud cries which deterred the rioters”

Sebagai khalifah apakah beliau dimakamkan di samping Nabi atau di makam khusus bagi para Pahlawan Iman, bolehkah jenasah dibiarkan membusuk selama 3 hari tanpa dikubur, begini tulis wikipedia “After the body of Uthman had been in the house for three days, Naila, Uthman's wife, approached some of his supporters to help in his burial, but only about a dozen people responded. The body was lifted at dusk, and because of the blockade, no coffin could be procured.The body was carried to Jannat al-Baqi, the Muslim graveyard, It appears that some people gathered there, and they resisted the burial of Uthman in the graveyard of the Muslims. The supporters of Uthman insisted that the body should be buried in Jannat al-Baqi. They later buried him in the Jewish graveyard behind Jannat al-Baqi”. 

Hingga kini kelompok shiah & suni berselisih tentang siapa para pembunuh khalifah, yg suni bilang  “dalangnya adalah seorang yahudi bernama Abdullah bin Sabah” sedang shiah bilang “Abdullah bin Sabah hanyalah tokoh fiktip yg ujug2 dimunculkan” padahal sesungguhnya semua orang tahu dalang dari semua itu. Lantasi siapa sang dalangnya ?, coba baca buku Al-Tabakat Alkubra yang ditulis oleh Ibn Sa’ad, Perlu pula diketahui bahwa buku Ibn Sa’ad ini ditulis dari sudut pandang Muslim Sunni.

Apa isinya ? Maaf penulis tak dapat ungkapkan. Terlalu sensitip. Namun satu fakta TAK terbantahkan yakni kaum anti Usman tsb bukan orang sembarang alias orang SUPER kuat, buktinya gampang, kenapa pasukan dan pengawal Usman seolah mandul sehingga yang menjagai khalifah Usman di ring terakhir cuma para istrinya dan di ring luar Sayidina Ali dan para puteranya. Kemana itu pasukan & para pengawal khalifah Usman? Proses menuju pembantaian khalifah Usman berlangsung berhari-hari beda halnya dengan pembunuhan Anwar Sadat yg ditembak oleh salah satu tentara yg sedang berdefile saat parade di depan Anwar Sadat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun