Penuaan adalah proses yang tidak dapat dihindari secara biologis. Kehidupan manusia dimulai dari kelahiran, kanak-kanak, remaja, dewasa dan tua. Semakin bertambah umur seseorang, semakin matang fungsi organ-organ dalam tubuhnya (lahir-dewasa) hingga memasuki fase penuaan maka semua fungsi tadi akan menurun. Ilmu tentang penuaan adalah Gerontologi, yaitu bidang studi yang mempelajari, mencari, dan mengklarifikasi penyebab penuaan. Sedangkan Geriatri adalah bidang studi yang berhubungan dengan masalah penuaan serta cara pengobatannya.
Kategori lanjut usia:
65-74 tahun disebut lanjut usia muda
75-84 tahun disebut lanjut usia menengah
85+ tahun disebut sebagai lanjut usia tua
Hingga abad ke-21, manusia telah mengembangkan berbagai teknologi canggih. Mulai dari mesin bermotor, koneksi internet, ponsel genggam, dsb, sampai pada teknologi di bidang kesehatan. Fasilitas kesehatan, obat-obatan dan sistem sanitasi semakin baik, lengkap dan terjangkau bagi umat manusia. Di tambah perekonomian yang semakin baik dan kebijakan pemerintah yang mulai pro rakyat kecil, maka banyak masyarakat yang merasakan kebaikan (angka usia hidup bertambah). Walaupun terknologi berkembang pesat, kematian tetaplah menjadi suatu realitas yang pasti terjadi, miskin atau kaya, terpelajar atau sederhana, terhormat atau terhina, muda atau tua, pada akhirnya semua akan kembali ke tanah.
Penulis pernah berpikir "Bagaimana kalau 20 tahun yang akan datang, mama meninggal dan tidak bersama aku lagi?" tidak sampai di situ, pertanyaan lain ikut muncul "Bagaimana nanti kalau kakak dan adik meninggal lebih dulu dari aku?"
Setelah papa meninggal pada tahun 2007, pertanyaan di atas ini sewaktu-waktu akan mengusik penulis, memikirkannya saja bisa membuat mata berlinang. "Apakah sudah siap untuk kehilangan mereka?" Masa kanan-kanak yang bahagia, semua anggota keluarga lengkap dan kita satu persatu harus pergi.
Akuilah bahwa kita sering malakukan tawar menawar dengan Tuhan. "Tuhan, jangan ambil mereka sekarang, karena aku belum lulus dari perguruan tinggi." Setelah lulus, "Tuhan, jangan ambil mereka sekarang, tunggulah sampai aku bekerja dan menikah." Setelah bekerja, mapan dan menikah, ternyata belum juga siap. "Tuhan jangan ambil mereka dulu ya, tunggu sampai aku memiliki anak, supaya mama dan papa bisa gendong cucu." Memikirkan kondisi di mana kita sudah punya keluarga, anak dan kemapanan, penulis juga merasa janganlah sekarang, karena belum bisa membahagiakan mereka. Membahagiakan dengan apa, itu juga kurang jelas, apakah mereka bahagia atau tidak, yang jelas Tuhan jangan ambil mereka dulu!
Pada kenyataannya kita tidak akan pernah siap. Percayalah, kita egois untuk masalah ini. Kita tidak memikirkan mereka yang mungkin sudah lelah menjalani hidup ini, kita terlalu memaksa dan memonopoli mereka. Kalau bisa Tuhan ambil orang tua orang lain, tapi jangan ambil punya kita. Bukankah begitu?
Sampai kapan pun kita tidak akan pernah benar-benar siap. Tapi itulah kenyataannya.. Perlu diketahui bahwa mereka bukan dimonopoli oleh diri kita, mereka adalah milih Tuhan sendiri. Tuhan mau ambil kapan saja, itu terserah pada Tuhan. Rencana Tuhanlah yang mengirim mereka pada kita, juga sebaliknya Tuhan mengirim kita kepada mereka.