Mohon tunggu...
Hendy Adinata
Hendy Adinata Mohon Tunggu... Freelancer - Sukanya makan sea food

Badai memang menyukai negeri di mana orang menabur angin | Email: hendychewadinata@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rahasia Tawa dan Tangis

2 September 2016   13:32 Diperbarui: 2 September 2016   23:56 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kita menangis ketika ada sesuatu yang  memilukan dan menyedihkan," kata Ayah beberapa saat kemudian. "Kita juga sering menangis ketika ada sesuatu yang indah dan membahagiakan..."

"Tapi, kita tidak tertawa ketika ada sesuatu yang buruk?" Putri menimpali.

Ayah terpaksa harus berpikir dulu sebelum menjawabnya.

"Kita menertawakan para aktor sandiwara karena mereka lucu. Menurut Ayah kadang-kadang kita juga tertawa karena mereka terlihat jelek, konyol bahkan gila... Lihat, nih"

Ayah mengubah mimik wajahnya menjadi jelek sekali, terlihat bodoh, tolol dan entah apa namanya. Putri tertawa karenanya.

Ayah melanjutkan, "Mungkin kita sedih ketika merasakan keindahan karena kita tahu keindahan yang kita rasakan itu tidak akan berlangsung selamanya. Kita juga tertawa melihat sesuatu yang jelek karena itu cuma canda"

Putri menatap kagum Ayahnya. 

 

Salam...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun