Suara langkah kaki...
Putri terbangun walaupun langkah kaki itu sebenarnya tidak mengganggunya sama sekali.
Sesaat kemudian ayah pun telah berada tepat di samping ranjang tidur Putri. Sambil membawa sebungkus besar belanjaan yang tak dapat diduga apa isinya selain makanan dan buah-buahan. Apalagi sebuah keajaiban!
Putri tidak penasaran karena isi kantong pun mungkin bukanlah sesuatu yang berguna bagi dirinya yang sedang terbaring lemah tanpa setitik pun semangat dalam raut wajahnya. Bahkan kantong Doraemon pun tidak dapat menjadikannya lebih baik.
"Apa kau tidak rindu ayah?" Sambil menggenggam telapak tangan remaja putrinya.
"Aku merindukan mu ayah, sama seperti aku merindukan ibu." Raut wajah itu tidak berubah sama sekali.
Ayah duduk tepat di samping ranjang Putri sambil bersandar pada tembok putih dingin.
Malam ini tepat 16 hari Putri menginap. Ruangan ber AC dengan makan teratur ternyata tidak begitu menyenangkan.
Sebuah ruangan yang hanya bersekatkan tirai hijau panjang membuat segala aktivitas di dalam ruangan itu meskipun tidak tampak tetapi kedengaran dan dapat dirasakan sangat nyata oleh siapapun juga yang hadir.
Kejadian 3 hari yang lalu masih membekas dengan nyata dibenak Putri. Ratap tangis pada ruangan sebelahnya yang hanya dibatasi oleh tirai hijau terasa sangat memilukan sekali hingga Putri pun tidak sanggup mendengarnya. Itu adalah kali kedua Putri berada pada kondisi seperti itu. Yang pertama adalah saat-saat Putri kehilangan ibunya.
"Maafkan ayah nak, ayah tidak sanggup memberikanmu sedikit keajaiban." Putri mengangguk.