Aku merasa dibully dalam mobil, entah nasehat atau apa aku tak tahu. Satu lawan empat jelas tidak bisa menang.
Dalam hati aku berpikir memang benar apa yang dikatakan kak monik bahwa tidak ada tanda-tanda gadis itu menyukai ku. Aku juga mengenal karakternya yang bisa dibilang bedah, ini itu tidak pernah dan tidak mau belajar.
Oohh seandainya aku menikah sama dia kan aku senang, aku selalu berhayal itu. Aku memang mencari permaisuri dan bukan pembantu, mau bangun sore kek, mau boros belanja ini itu kek aku tidak peduli. Aku akan memanjakan nya karna aku suka.
Tapi kalau kehidupan tidak berjalan sesuai dugaanku... aku jatuh sakit, dak ada uang, tinggalnya ngontrak, anak banyak, butuh ini itu... siap dak dia menghadapi kondisi itu bersama ku dengan paras cantiknya?
Perasaan ku sudah berlangsung tiga tahun, masak kandas gitu aja. Argumen sementara ku mengatakan bahwa semua orang kan bisa berubah, mungkin aja nanti ke depan dia bisa jadi rajin, banyak belajar, dapat ilham lah, bisa bisa jadi...
***
Sesampainya aku di rumah, segera aku masuk kamar. Aku kunci pintu dan ku keluarkan handphone. Bingung mau mulai dari mana yang jelas aku mau menghubungi si pujaan hatiku. Namanya Dora, bukan dora the explorer
“malam dora”
“malam juga vin, ada apa?”
“nggak, tanya aja hehe”