Hendy Chew Adinata: No 133
“Sebaiknya kau pikir-pikir dulu Vin, kakak bilang sama mu dia itu beda dan belum dewasa”
Diam sejenak
“apa lah yang kau sukai dari dia? berangkat sekolah aja kesiangan terus, bantuin masak dak pernah, cuci piring juga dak pernah, pegang sapu juga jarang”
“ia kak” sabar
“kakak pernah tanya, kalau siang dia biasa ngapain eh dia bilangnya tidur. Belajar nya juga pas malam besok mau ujian. Mau jadi apa coba punya pacar kayak gitu? Mendingan sama Febi rajin anaknya”
“tapi aku suka kak” sambil keringat dingin aku bela perasaan ku
“sudah lah Alvin, capek kakak nasehatin kamu. Kamu lihat aja tadi kerjaannya main gadget terus, mana ada dia mau ngomong sama mu”
“ia kak, terima kasih ya nasehatnya” yes akhirnya selesai juga sesi ceramah
***
Aku merasa dibully dalam mobil, entah nasehat atau apa aku tak tahu. Satu lawan empat jelas tidak bisa menang.
Dalam hati aku berpikir memang benar apa yang dikatakan kak monik bahwa tidak ada tanda-tanda gadis itu menyukai ku. Aku juga mengenal karakternya yang bisa dibilang bedah, ini itu tidak pernah dan tidak mau belajar.
Oohh seandainya aku menikah sama dia kan aku senang, aku selalu berhayal itu. Aku memang mencari permaisuri dan bukan pembantu, mau bangun sore kek, mau boros belanja ini itu kek aku tidak peduli. Aku akan memanjakan nya karna aku suka.
Tapi kalau kehidupan tidak berjalan sesuai dugaanku... aku jatuh sakit, dak ada uang, tinggalnya ngontrak, anak banyak, butuh ini itu... siap dak dia menghadapi kondisi itu bersama ku dengan paras cantiknya?
Perasaan ku sudah berlangsung tiga tahun, masak kandas gitu aja. Argumen sementara ku mengatakan bahwa semua orang kan bisa berubah, mungkin aja nanti ke depan dia bisa jadi rajin, banyak belajar, dapat ilham lah, bisa bisa jadi...
***
Sesampainya aku di rumah, segera aku masuk kamar. Aku kunci pintu dan ku keluarkan handphone. Bingung mau mulai dari mana yang jelas aku mau menghubungi si pujaan hatiku. Namanya Dora, bukan dora the explorer
“malam dora”
“malam juga vin, ada apa?”
“nggak, tanya aja hehe”
“alay ah, masak nggak ada”
Aku tutup teleponku, bingung harus mulai darimana. Aku tidak punya bahan, aku malu, tidak pernah mendekati wanita. Rasanya ingin bunuh diri tanpa bakat itu, hancor
***
Diam aku merenung, cukup lama sampai-sampai aku lupa waktu. Sebaiknya aku sms aja si dora kataku dalam hati
“selamat malam dora, maap mengganggu” aku memulai
“ia Vin, kamu kenapa barusan?”
“nggak ada, tadi ada urusan mendadak jadi aku matikan, maap yaaa” balasku bohong
“oya gak papa”
Ada pergulatan hebat dalam diriku, membuat aku tidak tenang, keringat dingin, penuh kekuatiran, tapi aku harus ungkapkan...
"dora, sebenarnya aku mau ngomong sesuatu hal sama mu"
aku harap Dora udah tahu kalau aku mau bilang apa, terus semoga dia juga senang, makin kalut deh perasaanku
Kok lama ya dia tidak membalas? aku lihat jam ternyata baru lewat sekitar 15 menit, seperti udah sejam menunggu. Dan handphone ku berbunyi, horee Dora balas pesanku, senangnya...
“maap ya alvin lama tunggu balasan ku, kamu mau ngomong apa? kalau mau nembak aku lebih baik kita berteman saja”
Bagai petir di siang bolong, kenapa aku jadi ketakutan. Tak terduga dia balasnya begitu. apakah dia nebak? aku deg'dengan serasa mau mati
“aku sabar kok dora, kan belum lama juga nunggu pesanmu" kirim lagi "aku sebenarnya sudah lama suka sama kamu, sering perhatikan kamu, malah berencana ke depan aku ingin menikahi kamu... aku takut dan nggak berani mengatakannya” balasku yang sebenarnya masih mengharapkan keajaiban
“ia vin, aku sebenarnya udah menyukai orang lain, aku minta maap takaran menolakmu” siapa orang itu? enak saja minta maap segampang itu! aku mau nangis
“baiklah dora, aku uudah mengatakannya kepada mu, kalau gitu aku lega sekarang karna udah tahu”
“semangat ya alvin, masih banyak kok perempuan yang lebih baik dari aku” memang benar, kau bukan yang terbaik untuk ku, untung bukan kamu
“terima kasih dora, sekarang aku gak akan mengganggu kamu lagi, kita temenan aja”
***
Sedih rasanya, itu percakapan kami berdua yang masih membekas dalam hatiku. Aku malu untuk menceritakan hal ini kepada kak Monik yang udah menasehatiku. Sakit rasanya ditolak! tapi ada suatu kelegaan luar biasa. Katakan cinta memang bukan saatnya untuk bocah ingusan ala SMA. Konyol rasanya apa yang sudah ku lakukan, seperti mau nikah besok aja? mungkin ini yang namanya tai kambing rasa silverqueen?
*) Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community (disini).
**) Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community (disini).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H