“Kami menunggu sejenak, berharap laut akan tenang. Namun setelah lebih satu jam menunggu, malah gelombang semakin tinggi”
Khawatir karena sore mulai beranjak, akhirnya mereka bertiga melompat dan berenang sekuat tenaga menggapai bibir pantai.
“Kami putuskan untuk melompat dan berenang ke pantai, jika tetap di longboatbisalebih berisiko lagi, karena hari semakin gelap, gelombang laut dan ombak yang tinggi bisa membalikkan boat kami”
Sungguh luar biasa. Mereka mempertaruhkan nyawa berenang melawan gelombang yang siap menenggelamkannya. Manun gelombang besar itu ternyata tak menyurutkan semangat mereka untuk hadir di tengah masyarakat desa, mendampingi dan bekerja bersama di desa-desa pesisir itu.
“Ombak dan gelombang besar itu kadang juga membuat kami takut. Tapi kami berusaha untuk hadir ditengah masyarakat, memfasilitasi dan bekerja bersama mereka”
Begitulah hari-hari yang dilalui Rais bersama rekannya, setiapkali berkunjung ke desa-desa bagian Selatan Pulau Mangoli dan Pulau Taliabu, gelombang dan ombak besar itu kerap menghadang perjalanannya.
Sejak beberapa bulan yang lalu, Rais Hi Abd. Aziz tingal sendiri. Ia tidak lagi ditemani 2 rekannya itu, karena tidak tahan dengan kondisi geografis wilayah kepulauan ini Ruslan Duwila mengundurkan diri, sementara Lutfi Saomoe direlokasi ke kecamatan lain.
Kesendirian ditinggal 2 rekannya itu tidak membuat Rais berputus asa. Secara berkala bersama pengurus Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Mangoli Barat, ia tetap memfasilitasi masyarakat di desa-desa pesisir itu. UPK adalah unit kerja yang pengurusnya dipilih oleh masyarakat yang bertanggungjawab mengelola kegiatan PPK di tingkat kecamatan.
-----------------
Tidak mudah mencapai kedua desa ini. jika mengunakan jalur yang paling cepat adalah melalui Selat Capalulu, namun sangat berisiko. Sementara jalan alternatif yang aman melalui Desa Modapia tapi perjalanan lebih jauh dan waktunya lebih lama. Akhirnya Rais Hi.Abd Aziz dkk memutuskan menempuh jalan lebih aman melalui Desa Modapia meski lebih jauh.