Mohon tunggu...
Hendro Adrian
Hendro Adrian Mohon Tunggu... Insinyur - Penggemar 'Dream Theater'

Pecinta cerita 'mountaineering'

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tragedi Everest 1996 (12 of 22)**

8 Januari 2022   17:43 Diperbarui: 8 Januari 2022   20:03 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber : Hahn & Justman, RMI Expeditions, April 2015)

Tepat sebelum tengah malam, diantara para pendaki yang berjongkok di 'South Col' menunggu badai reda, Beidleman melihat beberapa bintang mulai kelihatan di langit.

Angin masih bertiup gila-gilaan, tapi jauh di atas langit mulai cerah, siluet raksasa Everest dan Lhotse mulai tampak.

Klev Schoening, klien team Fischer, dengan memakai siluet dua gunung itu sebagai referensi, segera bisa mengetahui di mana tepatnya posisi mereka. Dengan berteriak dia segera memberi tahu Beidleman bahwa dia tahu arah yang tepat menuju camp.

Beidleman segera membujuk semua orang untuk berdiri dan berjalan ke arah yang ditunjukkan Schoening, tetapi Fox, Namba, Pittman, dan Weathers terlalu lemah untuk berjalan.

Beidleman mengumpulkan mereka yang tidak sanggup berdiri, kemudian bersama Groom mereka berjalan menembus badai untuk mencari bantuan, meninggalkan 4 klien yang 'lumpuh' dan Tim Madsen.

Madsen,meski mampu berjalan tapi tidak mau meninggalkan Fox, pacarnya. Dia menawarkan diri untuk menjaga ke-empat orang itu sampai pertolongan tiba.

Tenda-tenda terletak sekitar 350 meter ke arah barat. Ketika Beidleman, Groom, dan klien sampai di sana, mereka disambut oleh Boukreev.

Penolong Yang Kontroversial

Beidleman kemudian mengatakan kepada orang Rusia itu di mana posisi ke-lima klien dan siapa-siapa saja mereka, kemudian ke-empat pendaki itu langsung bergelimpangan menjatuhkan diri di tenda masing-masing.

Boukreev telah sampai di camp pada jam 16:30, sebelum terjadinya amukan badai, dia bergegas turun dari puncak tanpa menunggu klien, perilaku seorang pemandu yang sangat dipertanyakan.

Beberapa veteran Everest berspekulasi bahwa jika saat itu Boukreev ada dan membantu Beidleman dan Groom membawa klien mereka turun, kelompok itu mungkin tidak akan tersesat di 'South Col'.

Salah satu klien bahkan melontarkan kritikan pedas pada Boukreev, dia mengatakan bahwa saat kehadiran dan bantuan dari pemandu sangat dibutuhkan, dia malah menghindar dan lari dari tanggung jawab.

Boukreev beralasan bahwa dia segera turun mendahului yang lain karena seperti yang dia katakan : "Akan lebih baik untuk saya berada di 'South Col', bersiap-siap jika ada klien yang kehabisan oksigen saya bisa mengantarnya ke atas".

Ini sungguh alasan yang tidak masuk akal. Menurut pendapat saya, alasan Boukreev untuk segera turun lebih dikarenakan dia tidak menggunakan tabung oksigen dan hanya memakai pakaian yang relatif ringan, karena itu harus turun dengan cepat.

Tanpa bantuan oksigen, dia jauh lebih rentan terhadap serangan udara dingin yang bisa berakibat fatal. Jika kasusnya memang demikian, Fischer juga harus disalahkan, karena sebagai pimpinan team, dia mengijinkan Boukreev untuk mendaki sebagai pemandu tanpa oksigen.

Apapun kesalahan Boukreev, malam itu dia telah membayarnya setelah Beidleman dengan terhuyung-huyung sampai di tenda.

Berulang kali dan seorang diri, dia keluar menembus badai dan kembali dengan membawa Fox, Pittman, dan Madsen. Tapi Namba dan Weathers tidak dia bawa kembali karena - menurut penuturan Boukreev - mereka sudah tewas.

Ketika Beidleman diberi tahu bahwa Namba tewas, dia langsung telungkup di tendanya dan menangis sesenggukan hampir satu jam.

Harris Hilang

Stuart Hutchison membangunkan saya jam 06:00 pagi pada 11 Mei. "Andy tidak ada di tendanya", katanya dengan muram. "Di tenda-tenda lain juga tidak ada, saya yakin semalam dia tidak berhasil kembali".

"Andy hilang ?", tanya saya meyakinkan. "Tidak mungkin, semalam saya melihat dengan mata kepala sendiri dia berhasil mencapai camp".

Terkejut dan takut, saya langsung memakai sepatu dan bergegas keluar mencari Harris. Angin masih bertiup sangat kuat membuat saya terjatuh beberapa kali, tetapi pagi itu cuaca sangat cerah dengan jarak pandang sempurna.

Saya mencari ke seluruh bagian barat 'South Col' selama lebih dari satu jam, memeriksa dibalik batu-batu besar dan melongok ke dalam tenda-tenda yang sudah lama ditinggalkan, tetapi tidak menemukan jejak Harris.

Gelombang adrenalin mulai membakar otak saya, mulut terasa pahit. Air mata saya menggenang dan langsung membeku, membuat mata saya jadi tertutup. Bagaimana mungkin Harris bisa hilang ? Tidak mungkin.....

Saya kemudian pergi ke tempat di mana Harris semalam menuruni tebing licin yang kemudian terpeleset meluncur ke bawah. Secara metodis saya mencoba untuk menelusuri kembali rute ke arah camp yang diambilnya, yang berupa padang salju luas tapi tidak terlalu rata.

Pada titik di mana saya terakhir melihatnya ketika kabut menutup pandangan, dengan berbelok tajam ke kiri akan membawa Harris menuju deretan tenda-tenda di camp.

Saya perkirakan bahwa jika dia tidak berbelok ke kiri tetapi malah terus lurus ke arah parit - yang bisa saja terjadi dalam gelap karena kabut, bahkan jika seseorang tidak kelelahan atau kehilangan orientasi karena hipoksia - dia akan menuju ujung paling barat 'South Col' dan langsung terjun ke dasar jurang 'Western Cwm' sedalam 1,200 meter.

Berdiri diam di sana, takut untuk berjalan lebih dekat ke tepi jurang, saya melihat sepasang jejak crampon yang samar-samar masih terlihat melewati tempat saya berdiri menuju ke arah jurang. Saya khawatir, jejak-jejak itu adalah milik Harris.

Ketika sampai di camp kemarin malam, saya memberi tahu Hutchison bahwa saya melihat Harris sudah sampai dengan aman. Melalui radio Hutchison kemudian menyampaikan berita ini ke base camp, dan dari sana diteruskan melalui telepon satelit kepada pacarnya di Selandia Baru, Fiona McPherson.

Sekarang, istri Hall di Selandia Baru, Jan Arnold, harus melakukan sesuatu yang sangat sulit : telepon kembali McPherson dan beri tahu bahwa telah terjadi kesalahan yang sangat buruk. Harris sebenarnya hilang dan diduga telah tewas.

Membayangkan percakapan itu dan peran saya dalam peristiwa-peristiwa yang mengarah ke sana, saya langsung berlutut sambil menarik nafas panjang. Perut terasa mual ketika angin dingin bertiup di belakang saya.

Hall dan Fischer Belum Kembali

Saat kembali lagi ke tenda, saya mendengar percakapan radio antara base camp dan Hall yang membuat hati saya semakin ciut.

Ternyata Hall masih berada di punggungan sedikit dibawah puncak dan minta segera dikirim bantuan. Beidleman kemudian juga memberi tahu bahwa Weathers dan Namba tewas, lalu Fischer belum diketahui nasibnya di suatu tempat di sekitar puncak.

Aura ketidak nyataan benar-benar telah menjadi kenyataan, membuat suasana pagi itu menjadi sebuah mimpi paling buruk.

Radio kami kemudian mendadak mati karena baterai habis, membuat kami tidak bisa berkomunikasi lagi.

Karena mereka telah kehilangan kontak dengan kami, pendaki di camp-2 kemudian mengontak team Afrika Selatan yang sudah tiba di 'South Col' sehari sebelumnya. Ketika Ian Woodall ditanya apakah kami bisa memakai radio-nya karena sedang dalam situasi darurat, dia mengatakan tidak.

Next : Fischer Diserang Radang Otak

**Judul terjemahan bebas dari 'Into Thin Air' karya Jon Krakauer

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun