Kebrutalan kartel narkoba dan geng-geng kriminal terorganisir di Meksiko sudah melampaui batas toleransi. Mereka bisa menyasar siapa saja tanpa alasan jelas. Cengkeraman mereka telah menghancurkan komunitas selama lebih dari dua dekade. Meski pemerintahan sudah berganti empat kali sejak kartel narkoba mulai 'menguasai' seluruh negeri, kekacauan tetap tidak teratasi bahkan semakin tidak terkendali. Masyarakat sudah lelah dicekam ketakutan.Â
Jose, teman kerja saya yang berasal dari Tampico, negara bagian Tamaulipas, saat masih tinggal di Meksiko pernah terjebak dalam perang antar kartel di jalanan. Saat itu dia tengah berhenti di lampu merah. Tiba-tiba seseorang menggedor mobilnya dan menyuruhnya keluar. Spontan dia keluar dari mobil dan mengikuti arah orang yang berlarian tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.Â
Tepat saat dia berhasil masuk gedung perkantoran untuk berlindung, terdengar rentetan tembakan dan teriakan-teriakan tidak jelas yang berlangsung hingga 10 menit. "Situasinya benar-benar mencekam, saya hanya meringkuk di bawah meja sambil berdoa semoga tidak terkena peluru nyasar" katanya.Â
Jose beruntung karena tidak terluka meski saat kembali ke mobil dilihatnya ada tiga lubang bekas peluru di mobilnya. Dua di kaca depan dan satu di pintu depan sebelah kiri.Â
Nasib yang jauh lebih buruk dialami Juan Trujillo, sepupu Jose yang tinggal di Morelia, negara bagian Michoacan, sekitar 400 km sebelah barat Tampico. Sepuluh tahun yang lalu, dua saudaranya yang saat itu berumur 24 dan 19 tahun hilang begitu saja saat sedang berwisata ke Acapulco, kota resort di pantai baratdaya Meksiko.Â
Penyelidikan yang dilakukan polisi tidak membawa hasil. Keluarga Trujillo kemudian berinisiatif melakukan pencarian sendiri atas hilangnya dua anggota keluarga mereka. Hal itu ternyata menarik perhatian salah satu kartel yang berbasis di Michoacan. Mereka diancam untuk menghentikan pencarian atau anggota keluarga yang lain akan dibunuh.Â
Trujillo mengabaikan ancaman tersebut dan tetap melakukan pencarian. Akibatnya, seorang anggota keluarga mereka kembali hilang saat berkendara di wilayah Veracruz. Akhirnya mereka terpaksa menghentikan pencarian, bahkan melapor ke kepolisian pun tidak dilakukan karena kembali mendapat ancaman pembunuhan dari kartel tersebut.Â
"Kami tidak pernah berhenti memikirkan apa yang sebenarnya terjadi dengan ketiga saudara kami. Apakah mereka baik-baik saja, apakah mereka terluka. Kami terus berdoa agar mereka masih bisa pulang dengan selamat" cerita Jose, menirukan ucapan Juan Trujillo saat itu.Â
Keluarga Trujillo adalah satu dari komunitas besar di Meksiko yang kehilangan anggota keluarganya. Statistik resmi menunjukkan bahwa lebih dari 37.000 orang telah dilaporkan hilang di Meksiko sejak 2007, namun LSM meyakini kalau angka yang sebenarnya jauh lebih tinggi, karena pihak keluarga seringkali takut untuk membuat laporan.Â
Kota Dengan Tingkat Kekerasan Tertinggi di DuniaÂ
Apa yang sebenarnya terjadi di Meksiko ? Sejak kapan kartel narkoba sedemikian merajalela ?Â
Marijuana dan opium telah lama dikembangkan di pegunungan Sierra Madre di bagian barat Meksiko. Sejak 1960-an pemerintah sudah berusaha menghentikan bisnis ilegal ini dengan membakar ladang-ladang mereka, namun situasi tidak pernah seliar dan sebrutal sekarang.Â
Situasi yang tidak terkendali ini mulai marak sejak bos besar kartel Guadalajara, Felix Gallardo, ditangkap pada 1989. Sejak saat itu kerusuhan demi kerusuhan dan perang antar kartel menyeruak ke hampir seluruh wilayah Meksiko (Baca : Meksiko, Negara Yang 'Dikuasai' Kartel Narkoba).Â
Kota-kota di Meksiko yang sebelumnya mempunyai kehidupan normal, berubah menjadi kota dengan tingkat kekerasan sangat tinggi. Los Cabos, Acapulco dan Mazatlan, misalnya. Ketiga kota resort di pesisir Samudra Pasifik ini dulunya adalah primadona tujuan wisata. Sekarang ketiganya termasuk dalam kota dengan tingkat kekerasan tertinggi di dunia. Â Â
Data tahun 2017 menunjukkan bahwa dari 50 kota di dunia dengan tingkat kekerasan tertinggi, Los Cabos menempati urutan pertama dengan rekor ratio 111,3 pembunuhan per 100.000 penduduk (111,3/100K). Acapulco ada di urutan ketiga (106,6/100K) dan Mazatlan di urutan ke-43 (39.3/100K).Â
Dari daftar 50 kota dengan tingkat kekerasan tertinggi di dunia tersebut, Meksiko menempatkan 12 'wakil' kotanya. Terbanyak kedua setelah Brasil yang menempatkan 17 'wakil'. Sebagai perbandingan, tingkat kekerasan kota Jakarta adalah 0,6/100K.Â
Pemerintah Meksiko bukannya tidak berbuat sesuatu. Sadar bahwa sistem kepolisian dan peradilan tidak dapat diandalkan karena masalah korupsi, militer kemudian ikut dilibatkan. Namun hingga akhir 2006, operasi militer yang dilakukan hanya bersifat preventif. Setiap tahun, meski ada penurunan jumlah korban, ribuan orang tetap saja terus terbunuh karena kekerasan.Â
Tindakan ofensif hanya dilakukan saat terjadi kejadian luar-biasa, misalnya tertembaknya Uskup Agung Posadas Ocampo oleh kartel Sinaloa pada bulan Mei 1993. Hanya dalam waktu tiga minggu, militer berhasil membekuk Juan 'El Chapo' Guzman, bos kartel Sinaloa yang diduga kuat bertanggung jawab atas tertembaknya Uskup Agung Ocampo. Â Â
Perlu dicatat bahwa pihak Amerika sejak awal selalu terlibat langsung, baik pendanaan maupun personil, dalam memerangi kartel narkoba di Meksiko. Itu disebabkan karena hampir semua narkoba yang masuk dan diperdagangkan secara ilegal di Amerika berasal dari atau diselundupkan melalui Meksiko.Â
Operasi MichoacanÂ
Pada 11 Desember 2006, Presiden Felipe Calderon yang belum genap satu bulan dilantik, mengirimkan 6500 personil militer Meksiko ke Michoacan, wilayah yang saat itu dinilai paling rawan, untuk menghentikan kekerasan yang berhubungan dengan kartel narkoba.Â
Tindakan yang kemudian dikenal sebagai Operasi Michoacan ini merupakan titik awal perang narkoba di Meksiko, perang asymmetric antara pemerintah- dalam hal ini gabungan militer dan polisi federal - melawan belasan (tapi tidak saling bekerja sama) kartel narkoba.Â
Banyak pengamat menduga bahwa operasi ini dilancarkan Presiden Calderon untuk menarik simpati publik. Dalam pemilu 2006 yang diikuti 5 kandidat, Calderon menang tipis (35,9%) atas peringkat kedua, Lopez Obrador (35,3%). Obrador dan pendukungnya kemudian menuduh Calderon melakukan kecurangan, demonstrasi terjadi dimana-mana. Tapi pada akhirnya Calderon dinyatakan sebagai pemenang resmi dan dilantik pada 1 Desember 2006. Â Â Â Â
Hanya dalam waktu satu bulan sejak operasi dimulai, tujuh bos kartel berhasil dibekuk. "Kami mendapatkan hasil yang menggembirakan, kekerasan di Michoacan telah turun drastis dibandingkan beberapa bulan sebelumnya. Kami juga gembira karena mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat, dan ini sangat penting. Operasi ini akan menjadi prioritas kami", kata Presiden Calderon waktu itu. Namun nanti akan terlihat bahwa penurunan tingkat kekerasan hanya terjadi di awal-awal operasi saja.Â
Operasi Michoacan kemudian memang diperluas ke wilayah-wilayah rawan seperti Sinaloa, Tamaulipas, Guerrero dan sepanjang perbatasan Amerika-Meksiko. Jumlah personil militer yang dilibatkan terus bertambah hingga mencapai 45.000 orang. Â Â
Sejak Presiden Calderon mengerahkan Operasi Michoacan, efeknya benar-benar sangat menghancurkan. Meski hingga akhir masa jabatannya (Desember 2012) 25 dari 37 bos kartel paling dicari di Meksiko berhasil dibekuk atau ditembak mati, namun tingkat kekerasan justru meroket sangat tinggi. Jumlah korban tewas meningkat hingga tiga kali lipat, dari 'hanya' 9000-an pada 2007 menjadi sekitar 26.000 pada 2012. Tahun sebelumnya, 2011, bahkan mencapai lebih dari 27.000, hampir dua kali jumlah korban perang Iraq 2003 yang merenggut 14.000 nyawa.Â
Jose benar, selama enam tahun masa Operasi Michoacan, empat pejabat tinggi kepolisian federal Meksiko ditembak mati di tempat umum, puluhan politisi yang mendukung operasi dibunuh, belasan pos militer diserang, lebih dari 500 personil militer tewas, dua helikopter militer ditembak jatuh dan lebih dari 120.000 orang terbunuh.Â
Anehnya, pemerintahan berikutnya dibawah Presiden Pena Nieto - dengan beberapa perubahan target - tetap melanjutkan operasi ini. Kekerasan memang sempat menurun di awal pemerintahannya, namun kembali meningkat tajam (lihat grafik). Tahun 2017, tingkat kekerasan di Meksiko bahkan mencapai rekor tertinggi dalam sejarah, yaitu lebih dari 29.000 orang terbunuh.Â
Di akhir tahun masa jabatannya ini (Desember 2018), dipastikan rekor buruk itu akan kembali pecah sebab sampai dengan bulan Oktober saja, kenaikan tingkat kekerasan sudah mencapai 14% dibanding tahun 2017.Â
Hasil yang diperoleh Presiden Nieto pun tidak lebih baik dari pendahulunya, delapan dari sisa 12 bos kartel paling dicari di Meksiko - termasuk bos besar kartel Sinaloa, Joaquin 'El Chapo' Guzman yang melarikan diri dari penjara pada Januari 2001 - berhasil diamankan. Namun masalahnya adalah bahwa ditangkapnya para bos besar itu justru membuat kartel-kartel menjadi semakin terfragmentasi, persaingan antar dan intra kartel menjadi semakin intensif, akibatnya tingkat kekerasan melonjak semakin tinggi. Â Â Â Â
Sebagai kesimpulan, dapat dikatakan bahwa setelah berlangsung lebih dari satu dekade, Operasi Michoacan ini terbukti gagal. Operasi ini bukan hanya gagal menyelesaikan masalah tapi justru membuat situasi menjadi lebih buruk. Â Â
Selesai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H