Mohon tunggu...
Hendri Ma'ruf
Hendri Ma'ruf Mohon Tunggu... lainnya -

Hobi "candid photo," suka traveling, dan senang membaca plus menulis. Pernah bekerja di perusahaan, sekarang berkarya mandiri. Meminati masalah kepemimpinan, manajemen, dan kemasyarakatan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menyikapi "Cina" Secara Proporsional

7 Maret 2017   15:40 Diperbarui: 8 Maret 2017   02:00 3123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Partai Komunis Cina hari ini adalah partai yang pragmatis. Dua hal ingin saya share:

1. Ekonomi negeri mereka sudah dikelola berbasis pasar sejak 1978. Perkembangan ekonomi ekonomi selama bertahun-tahun terbilang tinggi. Meskipun mereka masih tergolong Negara berkembang, GDP mereka tinggi, sukes mengentaskan 800 juta orang miskin, dan mencapai semua target MDG mereka tahun 2015. Artinya, secara ideologi, Komunisme itu sesungguhnya sudah kalah (lihat Rusia dan Eropa Timur). Komunisme sudah bukan ancaman dunia. Yang mengancam adalah ego bangsa. Yang setiap bangsa punya ego masing-masing (nasionalisme).

2. Soal bahaya komunisme butuh tempat tersendiri utk diskusinya (soalnya kita terlalu ketakutan dengan “bahaya Komunisme” padahal bahayanya apa tidak dibahas dengan konkret dan ditambah kita juga lupa membahas bentengnya).

Kesimpulan: Yuk kita berpandangan proporsional dan bersikap proporsional.

A menukas:

Ini bukan soal Ahok, nggak ada kaitannya. Lihat pidato Panglima TNI di depan tokoh mahasiswa se Indonesia di Universitas Trisakti tentangg harus adanya kewaspadaan kita sbg warga negara terdidik.

B menjawab:

Betul...bukan soal Ahok. Tapi soal bahaya Cina. Tapi yuk kita bahas secara proporsional. Dan secara adil.

Seorang teman lainnya lagi, D, cepat berkomentar pedas:

Bukan soal Ahok...tapi dalam rangka pilkada tentunya... Udaaaah aah...malees...

Untunglah, dengan komentar terakhir itu, B punya kesempatan menutup percakapan segera dengan kata-kata “case closed.” Maka percakapan itu pun berhenti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun