Mohon tunggu...
Jendry Kremilo
Jendry Kremilo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Senyum, Etalase Makeup yang Paling Tulus

23 April 2022   12:48 Diperbarui: 25 April 2022   19:00 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
terkadang senyum-mu bisa menular

Sebuah senyum adalah makeup terbaik yang digunakan oleh seorang Wanita,

-Marilyn Monroe-

Curhatan singkat ini saya awali dengan dengan senyuman dahulu, agar pembaca sekalian tidak kaku dan bosan ,anggaplah tulisan ini sebagai sajian berbuka, agar kita bisa ngabuburit  bersama sembari mengulik makna dibalik tulisan ini. 

Saya awali dengan cerita tentang secangkir kopi, bagi kebanyakan orang kopi bisa dinikmati dimana saja, tetapi bagi saya tidak, orang biasanya memilih coffee shop  karena rasa dan suasana yang terkadang harus sinkron dengan isi hati.Meskipun memang coffee shop  didesain agar pengunjung betah untuk duduk sembari menyeruput kopi dan sedikit makanan ringan.

Namun bagi saya,ada satu coffee shop yang jadi favorit saya di Jogja, bukan semata-mata karena rasa dan takaran kopi yang nikmat untuk dicicipi, tetapi karena senyum salah satu barista ceweknya. 

Dalam beberapa kesempatan, saya sering mencuri pandang pada sang barista, dan uniknya setiap kali Ia melayani pembeli,wajah cerah dan secuil senyum selalu ia lemparkan pada orang-orang, senyum bak Monalisa , yang ringan dan renyah. 

Lesung pipi dan rona wajahnya tanpa balutan makeup menyiratkan suasana hati yang juga mungkin selalu natural dan apa adanya, sosok yang jarang saya temui dalam hiruk pikuk kota Istimewa ini.

Saya lalu membatin ,"Apa rahasiannya, ya". Sebab jarang orang tersenyum se-intens itu.Terutama di Jogja, yang nyaris semua penghuninya diburu waktu, deadline presentasi, tergesa-gesa,sibuk memikirkan sesuatu yang barangkali jika mereka telat beberapa detik saja hidup mereka seolah hilang dari  planet ini, sampai-sampai  mereka lupa caranya tersenyum.

Akhirnya, suatu saat saya  memberanikan diri untuk mengobrol, dengan modus memesan dua cangkir kopi dan seonggok roti, saya bertanya tentang resep agar bisa selalu tersenyum  sekalipun capek melayani pembeli dengan aneka macam tipemulai dari  pembeli yang jutek,cool, sampai genitnya berlebihan.

 Si barista menghela napas sembari tersenyum dan menjawab, Pull up setiap hari mas,minimal 3 kali".

  " Lah ,kok bisa?" tanya saya keheranan

  "Pull up bibir, Mas. Timpalnya sambil memperagakan.

Dia meletakkan telunjuk dan jempol pada wajahnya, lalu  menggerakan (pull up)  bibirnya naik turun dengan bantuan telunjuk.

"Terkadang saya bercermin, lalu pull up bibir sekitar 10-15 menit", ketusnya melengkapi.

"Oh, pantas. Rupanya karena latihan terus jadi senyumnya auto aim ya mba," timpal saya yang dibalas dengan tawa renyah dari si barista.

Kelihatannya sederhana namun senyum adalah hal terpenting dalam kehidupan, terkadang saya iri dengan orang-orang yang se-jurusan dengan si barista yang mampu untuk selalu tersenyum disetiap situasi. Yah walaupun saya akui, saat kita tersenyum , kita merasa bahagia, bahkan bagi saya setiap perempuan yang tersenyum tulus akan selalu terlihat cantik, meskipun tanpa makeup sekalipun.

Senyum Itu Menular

Senyum itu sifatnya menular, dalam banyak kesempatan orang yang menerima sebuah senyum akan turut dalam kebahagian interpersonal kita dan biasanya mereka akan membalas senyuman itu, seperti yang si barista dan saya lakukan pada percakapan singkat kami.Senyum yang baik adalah yang apa adanya. Tidak dibuat-buat  dan dilakukan dengan kesadaran penuh.

Seperti senyum sang barista , yang ringan dan tidak terlalu lebar.Meskipun ringan,namun senyum seperti itu sudah cukup untuk membuat semua otot wajah menjadi rileks, mendepak kekhawatiran, dan membantu melepas penat setelah seharian bekerja ataupun menganggur.

 "Jujur ya Mba, saya ini susah tersenyum.Gimana ya , mba?" Tanya saya lagi kepada sang barista.

"Tapi masih bisa melihat saya tersenyum,kan?" ujarnya menimpali. Saya mengangguk singkat.

"Nah, itu saja sudah cukup,"jawabnya sembari melebarkan senyuman.

Dari percakapan itu, akhirnya saya menyadari sebetulnya , tak perlu khawatir jika belum bisa tersenyum. Kita bisa memulainya dengan memupuk kesadaran terhadap eksistensi diri dan sekeliling kita. Mendengar suara burung kuntul, menghirup napas Panjang di setiap pagi, dan memandang setangkai mawar jika dibarengi dengan ketulusan, pada akhirnya akan membuat kita tersenyum.

Senyum itu Gratis

Dan berita baiknya adalah, senyuman itu gratis,kita tidak perlu mengorbankan sepeserpun untuk memberikan senyum.Saat kita lebih asyik menghabiskan banyak uang untuk membelikan hadiah bagi orang yang kita sayangi, tidak akan pernah sedikitpun memberikan kebahagian sebesar hadiah kesadaran kita, yaitu senyum yang kita berikan kepada orang tersebut.

Sebelum mengakhiri cerita ini, saya lupa memberitahu kalian , bahwa nama si barista adalah Melania, nama yang indah dan terkadang membuat saya tersenyum sendiri , jika ingin mampir ke coffee shopnya  cukup pesan kopi dan makanannya saja, jangan sampai memesan hatinya juga, hhhh...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun