Winda berdiri dari kursinya, wajahnya terlihat lebih tegang dari sebelumnya. "Mama tidak ingin membahas ini sekarang," katanya, berjalan keluar dari ruang tamu tanpa berkata apa-apa lagi.
Amira menunduk, menggenggam cangkir tehnya erat-erat. "Maaf, Pa," katanya pelan. "Aku tidak bermaksud memperburuk keadaan. Tapi aku harus tahu apa yang terjadi."
Rendra menatap putrinya dengan rasa bersalah yang semakin dalam. "Papa mengerti, Amira. Papa akan mencoba menjelaskan... tapi tidak sekarang. Ini terlalu rumit."
Amira mengangguk pelan, tetapi Rendra bisa melihat kekecewaan di matanya. Hari itu berakhir dengan ketegangan yang semakin nyata, sebuah perasaan yang menggantung di udara tanpa jawaban.
Namun, di dalam hati Rendra, ada satu pertanyaan yang terus menghantuinya: Apa yang sebenarnya menyebabkan semua ini? Dan bagaimana dia bisa memperbaikinya sebelum semuanya benar-benar hancur?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H