Mohon tunggu...
Hendrik Lamenty
Hendrik Lamenty Mohon Tunggu... -

Saya adalah seorang mahasiswa teknik di salah satu universitas swasta di Kota Malang. Lahir di tanah Adonara, Flotim, NTT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rumah Pelacuran yang Hendak Runtuh (Puisi)

28 November 2011   17:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:05 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"lonteku dekat padau,

mari kita lanjutkan ceritera hari esok"

(Iwan Fals: Lonteku)

kalau rumah pelacuran itu ditutup

aku tidak lagi bertemu kau

perempuan muda yang selalu duduk

menopang dagu dan menawarkan diri

putih dari balik rok yang tidak panjang

seperti kemarin dulu

kita berbagi ranjang

lalu berceritera tentang kamar-kamar

penjara tempat kehidupan membusuk

seperti, rasa peduli yang tidak lagi sewajarnya

yang digantung di dalam brankas

tempat kemanusiaan dijual murah

jangan pikir kita murahan

berbagi kelamin tanpa peduli asusila

yang mendogma hingga kumal kitab-kitab

moral yang ditulis dengan tinta cina

namun tetap saja dikebiri

lantas dipajang di etalse pameran

untuk bangsa asing yang selalu datang mengunjungi basa-basi

kau seperti merpati yang bertengger

pada pucuk tiang mozaik sembari menanti

saku-saku kelamin yang tak kuasa menahan berahi

yang tidak pernah peduli

pada anak-bini yang juga sesibuk robot

pada dunia penuh nostalgia tanpa koma

penuh rasa bersalah-rasa bersalah kesekian

kesekian kalinya rumah pelacuran itu terancam

bila saja punah, maka kau tidak lagi kulihat

dan betapa sulit kita bercengkerama sungguh

tidak hanya soal saku kelamin

karena peduliku padamu bukan sebatas vagina

yang doktrinkan aku agar rebah

dan daki tiap kemungkinan yang tidak pernah aku jumpa

pada hidup yang gersang, yang teralalu basah

untuk menanam dan memanen

maka sebelum rumah pelacuran itu runtuh

ingin kusapa kau yang selalu pamerkan belah dada

pada bajumu yang selalu tidak peduli pada dinginnya malam

juga pada cemooh kaum idelais

yang juga tidak malu-malu berman kelamin dengan bini tetangga.

"walau kita berjalan dalam dunia hitam,

benih cinta tak pandang siapa."

(Iwan Fals: Lonteku)

maka datanglah padaku

dan kita akan berbagi ranjang seutuhnya

tidak lagi sekedar menukar kelamin pada uang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun