kau seperti merpati yang bertengger
pada pucuk tiang mozaik sembari menanti
saku-saku kelamin yang tak kuasa menahan berahi
yang tidak pernah peduli
pada anak-bini yang juga sesibuk robot
pada dunia penuh nostalgia tanpa koma
penuh rasa bersalah-rasa bersalah kesekian
kesekian kalinya rumah pelacuran itu terancam
bila saja punah, maka kau tidak lagi kulihat
dan betapa sulit kita bercengkerama sungguh
tidak hanya soal saku kelamin
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!