Sebelum membahas lebih jauh, aku ingin flashback pada munculnya fenomena kota hantu di China dan mengapa kekhawatiran yang sama juga muncul pada pembangunan kawasan IKN.
***
Tahun 2009 adalah laporan pertama media Barat terkait dengan apa yang mereka sebut sebagai fenomena Kota Hantu: "Cina, keajaiban ekonomi, sedang membangun kota-kota baru dengan kecepatan sangat tinggi di seluruh negeri. Tapi tidak ada yang mau tinggal di dalamnya."
Sejak saat itu banyak beredar gambar-gambar dan anekdot yang seolah-olah menjadi contoh nyata dari hasrat megalomania pemerintah China dan bagaimana gelembung real estat (real estate bubble) mulai muncul ke permukaan hingga melahirkan ketakutan di banyak kalangan.
Jika ditarik lebih awal, maraknya fenomena Kota Hantu di China berangkat dari ide pembangunan kota-kota baru (kota satelit) untuk mengurangi tekanan populasi di kota-kota lama atau kota-kota yang sudah menjadi economic hub seperti Shanghai atau Guangzhou.
Pembangunan kota-kota baru ini didasari oleh kebijakan Pemerintah China untuk memindahkan sekitar 100 juta masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran (rural area) ke kawasan perkotaan untuk mendukung industrialisasi sampai dengan tahun 2020.
Kebijakan pemerintah (state controlled urbanization) inilah yang kemudian melahirkan asumsi bahwa dalam jangka panjang, penjualan properti akan terus tumbuh hingga keseluruhan space pembangunan akan terisi.
Yang selanjutnya terjadi adalah fenomena kota hantu seperti yang sudah kita dengar.
Pembangunan kota-kota baru yang melibatkan banyak pemerintah daerah di China dan para pengembangnya dilaksanakan secara massive di banyak wilayah, kebanyakan di sekitar wilayah economic hub atau kota-kota kecil yang berpotensi menjadi hub baru, namun pada akhirnya berujung pada begitu banyaknya bangunan-bangunan kosong yang menandai tingkat hunian sangat rendah saat kota-kota tersebut selesai dibangun.
IKN Nusantara juga memiliki visi yang tidak jauh berbeda dengan pembangunan kota-kota baru di China dimana IKN tidak hanya mengemban amanah menjadi economic hub bagi kawasan, tapi lebih ambisius lagi menjadi sebuah economic superhub dengan slogan "Kota Dunia untuk Semua", dimana klaster pemerintahan ibu kota negara digabungkan dengan klaster ekonomi dan industri, lengkap dengan klaster pertahanan dan keamanannya.
***