Mohon tunggu...
Hendri Muhammad
Hendri Muhammad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Welcome Green !! Email: Hendri.jb74@gmail.com

... biarlah hanya antara aku dan kau, dan puisi sekedar anjing peliharaan kita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Senjakala Mal dalam Secangkir Kopi

21 September 2017   02:30 Diperbarui: 12 Februari 2022   00:50 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: www.crystallynnbell.com

Kebebasan yang sama berlaku bagi mereka yang hanya datang tanpa perlu alasan; sekedar untuk menikmati secangkir kopi seperti yang biasa kulakukan di sebuah cafe di penghujung Desember, kala aku biasa menunggu salju yang tak kunjung turun.

Salah besar jika ada yang berpikir aku sudah melupakan satu hal penting saat membangun tempat ini. Tidak. Aku tahu hal penting yang dimaksud; aspek bisnisnya, bukan?

Tentu saja aku ingat. Namun, mari kita semua berpikir lagi tentang "kenyamanan", karena buatku rasa nyaman itu bukan tentang segala kemewahan yang tersaji melalui kemegahan arsitektur maupun interior-interior berkilauan lengkap dengan ornamennya yang serba mahal.

Kenyamanan lebih banyak diciptakan oleh suasana. Itulah sebab mengapa aku ingin ada sebuah cerita yang ingin diekspresikan, diilustrasikan dalam detail-detail arsitektur, hingga seolah-olah mengembalikan ingatan orang-orang pada peristiwa yang terjadi di masa lalu mereka, atau menginspirasi mereka pada satu hal yang belum bisa mereka wujudkan, atau sekedar demi rasa nyaman itu sendiri.

Aku yakin, selanjutnya kenyamanan akan sanggup memanipulasi pikiran sebagaimana Paris Van Java telah memanipulasi pikiranku. Dulu semua kebutuhan keseharian kami mulai dari sepatu, berlembar-lembar pakaian, sampai parfum, semua diperoleh dari sana.

Ah.., sudah terlalu panjang aku berhayal, harus segera diakhiri.

Sebagai catatan penutup saja, cerita ini bukan tentang ekonomi kapitalis yang akan memberi ruang lebih besar bagi pemodal untuk memeras hasil keringat orang-orang hingga kering kerontang. Bukan juga tentang konsumerisme membabi-buta yang bisa mencekik leher dan melemahkan send-sendi, hingga membuat orang jatuh dan terkapar.

Bukan. Sama sekali bukan. Buatku, cerita ini hanyalah tentang sebuah tempat dimana sekali waktu aku ingin melewati senja sambil menikmati jingga yang merona itu. Hanya antara aku, imajinasi, dan secangkir kopi, dengan atau tanpa salju. Itu saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun