Mohon tunggu...
Hendri Muhammad
Hendri Muhammad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Welcome Green !! Email: Hendri.jb74@gmail.com

... biarlah hanya antara aku dan kau, dan puisi sekedar anjing peliharaan kita

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Apakah Harga Properti di Indonesia "Bubble"?

16 September 2017   03:15 Diperbarui: 16 September 2017   21:41 6923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin ada baiknya kita mengingat kembali krisis global pada tahun 2008 yang awalnya dipicu permasalahan subprime mortgage dalam industri properti di Amerika Serikat. Berdasarkan pelajaran dari pengalaman krisis global tersebut, ada beberapa poin yang bisa dijadikan tanda-tanda terjadinya property bubble sebagaimana yang dirangkum dari forbes.com sebagai berikut:

Utang-utang beresiko tinggi menjadi hal yang biasa

Fenomena booming properti periode 2009 - 2014 masih meninggalkan cerita tentang utang-utang beresiko tinggi ini. Saat itu, ketentuan DP rumah adalah 10% tapi pada prakteknya di lapangan bahkan jauh di bawah itu.

Bank Indonesia sempat prihatin dengan lonjakan harga rumah dan menggelembungnya kredit properti, lalu pada tahun 2013 mengeluarkan aturan baru untuk mengurangi sepak terjang para spekulan properti dengan aturan uang muka 40% saat membeli rumah atau apartemen kedua.

Terlalu banyak laverage

Ini sudah menjadi hal yang biasa diterapkan dalam sistem keuangan, termasuk Indonesia, sebagai salah satu cara memperbesar potensi imbal hasil aset untuk menambah modal dengan cara pinjaman. Sederhananya, laverage dalam properti di Indonesia biasa kita konsumsi dari isu-isu DP perumahan yang kecil, sekuritisasi asset perbankan, dan lain sebagainya.

Kenaikan harga hunian yang jauh lebih cepat daripada peningkatan pendapatan

Problem harga hunian di Indonesia sudah sering kali di bahas, apalagi kalau melihat ironi yang terjadi dimana Indonesia saat ini berada pada situasi backlog (kekurangan supply) 11 juta unit rumah, sementara disisi lain, terutama di Jakarta, harga unit hunian sudah berada diluar jangkauan daya beli sebagian besar warga.

Solusi yang masih tersedia saat ini adalah membeli unit di pinggiran kawasan pendukung Jakarta, Bodetabek, dengan segala keterbatasannya, seperti kondisi infrastruktur, keterbatasan akses ke transportasi massal, belum lagi problem kemacetan yang membuat waktu tempu ke tempat mereka bekerja yang sudah tidak rasional, serta beban biaya transportasi yang membengkak.

Malah dalam 5 - 10 tahun ke depan, jika tidak segera disikapi dengan serius, tidak akan ada developer yang mampu mensupply kebutuhan unit hunian yang berada dalam jangkauan daya beli warga yang bekerja di Jakarta.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun