Mohon tunggu...
Hendra Wiguna
Hendra Wiguna Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausahawan

Seorang yang hobi menulis, mendaki gunung, dan nonton film. Pertama kali menulis adalah saat ingin mengabadikan momen pendakian Gunung Rinjani dalam bentuk buku yang berjudul "ITINERARY: Menggapai Rinjani" yang tayang di berbagai platform baca tulis. Sudah menerbitkan buku horor thriller dengan judul "Jalur Ilegal". Dan sering mengikuti kompetisi novel dan cerpen.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Layang-Layang Tak Kunjung Terbang

7 Maret 2024   15:36 Diperbarui: 7 Maret 2024   15:38 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nama saya bukan Bangla!" sergah anak itu.

"Har, bapak kamu kan yang panggil kamu Bangla." Coki menertawakan

Anak itu tampak kesal tapi tak bisa menyanggah. Kemudian ia melirik pada anak yang masih berdiri di seberang saung. "Siapa itu?" tanyanya.

"Indra," jawabnya.  

"Indra? Oh, yang nggak naik kelas itu?" tanyanya lagi. Coki mengangguk.

Indra berjalan ke arah batu kembali dan duduk. Sepertinya sisa keterkejutannya masih ada. Anak yang disebut bocah bangla itu kemudian berdiri dan mencari sesuatu di dalam saung.

Setelah mendapatkan gulungan tali kenur, orang itu mengikat layangan, kemudian berjalan ke tepi tebing dan menerbangkannya.

"Si bangla mah sero[2]. Orangnya suka main layangan. Jago buatnya juga," ucap Coki. "Kalau kamu bisa menerbangkan layangan nggak, Ndra?" tanyanya kemudian.

Indra menggeleng.

"Kalau belum bisa nanti saya ajari," ujar bocah berkulit cokelat itu. "Asal layangannya beli dari saya," lanjutnya sambil tersenyum dan menaikturunkan alisnya.

Mendengar itu, Indra teringat sesuatu yang menyadarkan siapa bocah bangla itu. Dia anaknya Bu Rahmi yang pernah bekerja di Malaysia. Indra pernah mendengar cerita orang-orang, bahwa bapaknya mengamuk dan langsung menceraikan ibunya setelah dia lahir. Mungkin karena itu juga, dia sering dikucilkan dan jarang terlihat di desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun