Tanpa pikir panjang lagi dua bocah SD itu berjalan masuk ke semak-semak pohon. Indra yang ragu akhirnya harus rela mengikuti dan mulai berjalan masuk.
Itu adalah pertama kalinya Indra memasuki kawasan hutan. Hatinya benar-benar dilanda ketakutan. Sambil berjalan mengikuti jalan setapak yang sebenarnya tak tampak, Indra sesekali melihat ke arah depan untuk memastikan dirinya tak kehilangan jejak dua kawannya.
Hingga akhirnya, setelah jauh melangkah menelusuri hutan dan tak lama mendaki, mereka tiba di tempat tujuan. Indra menyibak dahan pohon terakhir dan melihat pemandangan yang belum pernah dilihatnya; hamparan sawah, perkebunan, dan pemukiman warga yang terlihat dari atas. Rupanya, Indra sedang berada di salah satu punggung gunung.
"Kelihatan itu nggak, Ndra?" tanya Coki sambil menunjuk ke barat jauh di hadapannya.
Indra yang ditanya langsung mengarahkan pandangan ke tempat yang ditunjuk. Sejauh mata memandang, hanya warna hijau dan biru yang dilihatnya. Namun, setelah matanya menelisik, Indra melihat adanya mobil yang tampak kecil berjalan membelah bukit di seberang sana.
Aep berjalan ke sebuah saung kayu tepi bebatuan, meletakan tas dan duduk di sana, diikuti Coki yang duduk di sampingnya.
"Kamu baru pertama kali ke sini, ya, Ndra?" Tanya Aep.
"Malah saya nggak tahu kalau ada tempat yang seperti ini di kampung kita," ucap Indra sambil berjalan menghampiri dua kawannya. "Apa kalian yang membuat saung ini?" tanyanya lagi agak malu-malu.
"Bukan. Abang saya yang buat. Abang saya juga yang nemu tempat ini. Dulu saya suka diajak sama abang saya main ke sini. Dia sering mengasuh saya, sampai dibawa ke hutan kayak gini," jelas Coki yang lantas tersenyum. "Tapi ini rahasia nya. Jangan sampai ada orang lain yang tahu," ujarnya kemudian.
"Rahasia?"
"Yang tahu hanya abang saya dan trnan-temannya, juga kalian saja."