Mohon tunggu...
Hendra Wiguna
Hendra Wiguna Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausahawan

Seorang yang hobi menulis, mendaki gunung, dan nonton film. Pertama kali menulis adalah saat ingin mengabadikan momen pendakian Gunung Rinjani dalam bentuk buku yang berjudul "ITINERARY: Menggapai Rinjani" yang tayang di berbagai platform baca tulis. Sudah menerbitkan buku horor thriller dengan judul "Jalur Ilegal". Dan sering mengikuti kompetisi novel dan cerpen.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Layang-Layang Tak Kunjung Terbang

4 Maret 2024   15:30 Diperbarui: 4 Maret 2024   15:40 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi yang cerah di hari pertama masuk sekolah. Belum ada kegiatan belajar-mengajar di SDN 1 Sangkan Kidul. Wanita muda tengah berdiri di depan kelas memperkenalkan dirinya sebagai wali kelas tiga tahun ini, meski sebenarnya sebagian besar murid sudah mengetahui siapa guru itu.

Setelahnya, sang guru menyuruh murid-murid menunjuk seseorang untuk dijadikan ketua murid dan wakilnya. Indra terkejut ketika teman sebangkunya, langsung mengangkat tangan.

"Saya, Bu," sahut Coki. "Saya akan menjadi KM di kelas ini," lanjutnya.

Ucapannya terdengar meyakinkan. Tak ada murid lain yang membantahnya. Mereka terdiam seakan tak ingin mengusik. Semua tahu kalau Coki, atau yang bernama asli Cecep, adalah anak dari Pak Juned-- mantan preman kampung.

"Baiklah, kamu Cecep akan menjadi KM tahun ini," ucap Ibu Sri tersenyum. "Sekarang silahkan kamu tunjuk siapa yang akan menjadi wakil ketua kelas, Cep."

Anak lelaki berambut cepak itu langsung terdiam, kemudian melihat ke seluruh isi kelas, memilih anak yang akan menjadi wakilnya. Sempat dia melihat Aep, anak lelaki yang di kelas dua kemarin jadi wakilnya. Tetapi matanya teralihkan pada anak lelaki di sampingnya. Indra tampak gelisah, berharap dirinya tidak ditunjuk.

"Indra, Bu. Saya pilih Indra jadi wakil ketua kelas," ucap Coki.

Indra terkesiap kemudian menatap teman sebangkunya itu. Tidak hanya dirinya, hampir semua murid terkejut dan langsung melihat ke arah Indra, anak yang tidak naik kelas tahun lalu dan harus mengulang kelas 3 tahun ini bersama mereka.

Beberapa murid tampak menyunggingkan senyum, sinis menertawakan. Seolah tidak setuju dengan pilihan Coki. Namun, tidak ada yang berani membantahnya dan memilih tidak berkata apapun.

Sejenak Ibu Sri menatap keadaan kelas di hadapannya. Tentu saja sebagai seorang guru, adalah tidak mungkin meragukan kemampuan seorang murid. Sang guru pun menyetujui pilihan Coki. "Baiklah, kita sudah me--"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun