Mohon tunggu...
Hendra Wiguna
Hendra Wiguna Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausahawan

Seorang yang hobi menulis, mendaki gunung, dan nonton film. Pertama kali menulis adalah saat ingin mengabadikan momen pendakian Gunung Rinjani dalam bentuk buku yang berjudul "ITINERARY: Menggapai Rinjani" yang tayang di berbagai platform baca tulis. Sudah menerbitkan buku horor thriller dengan judul "Jalur Ilegal". Dan sering mengikuti kompetisi novel dan cerpen.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ingatan yang Berkecambah di Kepala Siput Tua

16 Desember 2023   10:32 Diperbarui: 16 Desember 2023   10:42 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari AI dan diedit di canva

"Apa dia tidak apa-apa?" ujar si lipan yang warna tabuhnya tampak pucat.

Dan banyak lagi hewan-hewan hutan yang berceratuk tentang kondisi si siput Joni. Sepertinya perginya mereka yang diam-diam dan juga perjalanan yang menghindari jalur utama itu sia-sia. Mereka baru menyadari bahwa di rumah sang dokter akan banyak hewan yang berobat. Hal itu membuat keduanya bersungut-sungut kesal saat bergerak di batang pohon itu.

Hari sudah hampir sore ketika mereka tiba di dalam rumah sang dokter. Para pasien sudah mulai pergi karena jam praktik kerja hanya sampai pukul 4, sebelum mulai lagi pukul 7 malam. 

"Astaga! Apa yang terjadi padamu, Pak Tua." Samuel si burung kakak tua yang melayani mereka bercanda. Rupanya, Dr. Richard sedang tidur dan akan melayani pasien di jam malam.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku. Kau seharusnya lebih tahu!" ucap Joni geram. 

"Kaok! Bercanda, beeercandaaaa," ucap si burung kakak tua. Entah dari mana dia tahu kata-kata itu yang membuat Margaret keheranan. 

Kemudian sang kakak tua menyuruh si siput Joni melepas cangkangnya dan berbaring di atas tempat tidur. Dengan telaten sang dokter memotong semua daun dan akar yang ada di tubuhnya hingga tak bersisa. Namun, Joni masih merasa sakit kepala. 

Kemudian Tina si burung nuri yang merupakan asisten sang dokter masuk dan melihat daun-daun dan akar-akar itu. Dia mengamati baik-baik. "Hei. Bukankah ini tanaman yang langka itu?" tanya sang asisten. Dia terbang menghampiri sang dokter. "Ya, kan? Ini tanaman penambah daya ingat itu."

"Penambah daya ingat?" tanya sang dokter bereaksi. "Bukan, ini tanaman pemulih ingatan. Masih sekeluarga dengan curcuma. Dan ya, ini memang langka. Katanya, akarnya bisa menyembuhkan ingatan yang hilang."

"Apa benar begitu? Lantas kenapa bisa tumbuh di kepala suami saya?" Margaret penasaran. 

"Tanaman ini bisa tumbuh di mana saja asalkan tempat yang basah," lanjut sang dokter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun