Mohon tunggu...
Hendra Wattimena
Hendra Wattimena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Puisi | Perencanaan Wilayah | Politik | Olahraga | Isu Terkini

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tukang Kayu

25 Agustus 2024   21:43 Diperbarui: 25 Agustus 2024   21:46 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang tukang kayu memegang gergaji,

Mengendarai banteng, menguasai negeri.

Keluar dari gorong-gorong,

Dari pasar ke pelosok,

Dengan kemeja kotak-kotak diganti putih bersih.

Muka planga-plongo,

Di kira tulus, padahal makin diberi jabatan,

Makin serakah.

Muka polosnya hanya kamuflase,

Kekuasaan membutakan hatinya.

Banteng setia yang menemaninya disembelih,

Tanduk-tanduknya jadi kursi untuk anak sulungnya.

Tukang kayu yang dulu dikira cupu,

Kini berkamuflase sebagai suhu.

Aturan diganti demi si sulung berkuasa,

Tak cukup sampai situ, si bungsu juga minta jabatan,

Aturan dibongkar pasang demi nafsu berkuasa.

Beringin ditebang si tukang kayu,

Dijadikan tangga keluarga berkuasa.

Tapi semua ini bukan tentang tukang kayu.

Ahh sudahlah, tak perlu lanjutkan puisi ini.

Prittt... Prittt... Pritt... Kaburrr...

Takut diserang buzzer si tukang kayu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun